Bantul
Produsen Peyek Kacang di Bantul, Keluhkan Harga Bahan Baku yang Kian Meroket
Sejumlah bahan baku, seperti kacang tanah, kencur, hingga kemiri, menurut dia harganya terus merangkak naik di pasaran.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Padukuhan Pelemadu, Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri Bantul sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan peyek kacang.
Ada puluhan warga disana, menggantungkan ekonomi dari produksi camilan renyah itu.
Salah satunya Slamet dan Tubiyatmi.
Pasangan itu sudah memproduksi camilan peyek kacang selama 25 tahun.
Tepatnya sejak tahun 1994 silam.
Mereka mengeluhkan harga sejumlah bahan baku yang saat ini terus mengalami kenaikan.
"Sekarang bahan bakunya mahal semua. Sehingga kami kesulitan memutar uang untuk produksi," terang Tubiyatmi, ditemui Rabu (23/10/2019).
• Tiga Mahasiswa Untidar Teliti Limbah Kulit Kacang Tanah Jadi Produk Prebiotik Alternatif
Sejumlah bahan baku, seperti kacang tanah, kencur, hingga kemiri, menurut dia harganya terus merangkak naik di pasaran.
Ia menyebutkan untuk kacang tanah harganya saat ini sudah Rp 24.000/kilogram, kencur Rp 53.000/kilogram, sementara kemiri Rp 30.000/kilogram.
Tubiyatmi mengaku pasrah dengan harga bahan yang terus mengalami kenaikan.
"Saya mau menaikan harga, pelanggan tidak mau. Akhirnya saya, dengan berat hati, cuma bisa mengecilkan kemasan peyek," kata dia.
Dibantu bersama Slamet, Tubiyatmi mengaku setiap minggu tiga kali mampu memproduksi 15 kilogram tepung beras dan 2 kilogram tepung Pati.
Dari adonan tersebut, menghasilkan sedikitnya 450 bungkus.
Camilan peyek kacang dijual di sejumlah pasar tradisional dengan harga Rp 2.800/bungkus.
• Semua Berawal dari Peyek, Keluarga Miskin Ini Mendapat Tagihan Rp100 Juta! Berikut Cerita Lengkapnya
Dukuh Pelemadu, Sumarji mengatakan di Padukuhan Pelemadu merupakan sentra produsen camilan peyek kacang.
Awalnya ada sekitar 40 produsen.
Namun saat ini hanya tersisa sekitar 30 produsen yang masih memproduksi secara rutin camilan dengan cita rasa gurih itu.
Sumarji tidak mengetahui secara pasti penyebab mengapa sejumlah produsen memilih berhenti produksi.
Namun, ia menduga persaingan yang semakin ketat dan tidak adanya pangsa pasar luar kota menyebabkan sejumlah produsen memilih gulung tikar.
"Awalnya ada 40 perajin. Sekarang tinggal 30, mulai surut. Karena mungkin sebagian perajin tidak memiliki pasar luar kota. Makanya menurun. Bisa juga sebabnya persaingan, karena yang diproduksi di luar Pelemadu juga banyak," terang dia.
• NEWS VIDEO : Inilah Proses Pembuatan Peyek Mbok Tumpuk
Sore itu, Bakal calon Bupati Bantul, Dewata Eka Putra melihat langsung bagaimana proses produksi para produsen peyek kacang yang ada di Padukuhan Pelemadu.
Dewata yang juga berlatar belakang seorang pengusaha itu mengatakan, pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Bantul, seperti produsen peyek kacang, semestinya perlu ada penguatan.
Baik berupa bantuan dalam bentuk akses permodalan, cara pemasaran yang berkesinambungan maupun pelatihan packaging.
"Karena pemasaran yang berkesinambungan dan kemasan yang baik, tentu akan meningkatkan daya saing di pasaran. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi di masyarakat," kata dia.(TRIBUNJOGJA.COM)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/bakal-calon-bupati-bantul-dewata-eka-putra-menyambangi-perajin-peyek.jpg)