Techno

Lima Startup Unicorn dari Indonesia, Ovo Baru Saja Masuk Daftar

Ovo, penyedia layanan pembayaran elektronik besutan Grup Lippo, ditaksir memiliki valuasi sebesar 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliu

Editor: Iwan Al Khasni
Kompas.com
ILUSTRASI Ovo 

TRIBUNjogja.com --- Daftar “ unicorn” di Indonesia bertambah panjang dengan masuknya Ovo yang baru saja dinyatakan telah menyandang predikat bergengsi di kalangan perusahaan startup itu.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika ( Menkominfo) Rudiantara di sela gelaran Siberkreasi di Jakarta, akhir pekan lalu.

“Saya sudah bicara dengan founder-nya, dan memang iya (sudah jadi unicorn). Makanya saya berani bicara setelah saya konfirmasi,” ujar Rudiantara, dirangkum KompasTekno dari Antara, Senin (7/10/2019).

Ovo, penyedia layanan pembayaran elektronik besutan Grup Lippo, ditaksir memiliki valuasi sebesar 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliun oleh firma analis perusahaan CB Insight.

Angka tersebut, menurut CB Insight, sudah dicapai sejak 14 Maret 2018.

Ovo pun menjadi startup kelima dari Indonesia yang digelari “unicorn”, mengacu pada valuasi di atas 1 miliar dollar AS.

Empat unicorn lainnya adalah Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka.

Dari kesemuanya, Gojek memegang valuasi paling tinggi dengan nilai di atas 10 miliar dollar AS sehingga disebut pula dengan julukan lain, yakni “decacorn”.

Rudiantara menambahkan bahwa pihak Kemenkominfo memang menargetkan akan ada lima unicorn dari Indonesia pada 2019.

Tak berhenti di situ, Rudiantara turut mengungkap bahwa ada startup lain yang memiliki kemungkinan menjadi unicorn sebelum akhir tahun ini.

Dia memberi isyarat bahwa startup itu bergerak di sektor pendidikan.

“Secara logika, 20 persen APBN pemerintah untuk pendidikan, 5 persen untuk kesehatan. Jadi, masa sih tidak ada unicorn dari sektor itu?” pungkas Rudiantara.

Ovo menjadi layanan dompet digital yang masuk daftar 5 besar di Indonesia, menurut survei iPrice Group.

Adapun 5 besar aplikasi dompet digital di Indonesia dengan pengguna terbanyak, secara berurutan adalah Go-Pay, OVO, Dana, LinkAja, dan Jenius.

Sementara, jumlah unduhan aplikasi terbanyak dipegang oleh Go-Pay, OVO, Dana, LinkAja, dan i.saku.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menargetkan Indonesia akan memiliki setidaknya 4.900 perusahaan rintisan atau startup pada tahun 2024.

"Tahun 2020 sampai 2024 ini harus sampai tiga kali lipat. Kalau sekarang 1.307, berarti di tahun 2024 di angka sampai 4.900," ujar Menristekdikti Mohamad Nasir setelah membuka Inovasi Inovator Indonesia Expo (I3E) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) pada Kamis (3/10/2019).

Pameran I3E 2019 adalah agenda tahunan yang sudah diselenggarakan sejak 2015 oleh Kemenristekdikti.

Tahun ini I3E mengusung tema “ Startup Teknologi dan Inovasi Industri Meningkatkan Daya Saing Bangsa” Startup binaan Kemenristekdikti dipamerkan mulai Kamis hingga Minggu, 3-6 Oktober 2019.

Untuk mencapai target tersebut, Kemenristekdikti akan menyalurkan anggaran paling tidak senilai 64 miliar Rupiah per tahun untuk tiga program pembiayaan dan pembinaan, yaitu Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT), Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), dan Inovasi Industri.

Anggarkan 280 miliar

"280 miliar hanya untuk PPBT saja dalam lima tahun. Tahun ini 64 miliar Rupiah. Ke depan harus kita tingkatkan."

"Harapan saya pada tahun 2020 hingga 2024 bisa meningkat tiga kali lipat karena direncanakan Presiden RI akan mengintegrasikan semua riset menjadi satu koordinasi lembaga riset, yaitu Badan Riset Inovasi Nasional,” ujar Menteri Nasir.

Kegiatan tahun ini menampilkan 404 produk inovatif terdiri atas 249 hasil inovasi dari pendanaan program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), 132 produk dari pendanaan program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT), dan 23 produk dari pendanaan program Inovasi Industri yang semuanya adalah karya anak bangsa.

Pengunjung I3E 2019 diperkirakan mencapai 36 ribu pengunjung yang terdiri dari para pelaku bisnis, para investor baik dari institusi fintech ataupun venture capital, peneliti, mahasiswa dan masyarakat umum. (*/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved