Bisnis
Kisah Subbiyata, Pengrajin Hiasan Dinding dari Kayu
Dijelaskannya, proses pembuatan dimulai dengan menggambar pola atau suatu desain yang akan diangkat pada selembar kertas.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hiasan berbahan kayu memang elok saat ditempatkan sebagai pajangan di dalam ruangan.
Selain menambah kesan estetik, hiasan dinding kerap membuat betah para pengunjung, pun si pemilik rumah sendiri.
Peluang inilah yang coba dimanfaatkan Subbiyata (50) warga Pringgokusuman, Yogyakarta untuk membuat usaha kerajinan hiasan dinding berbahan kayu.
• Kerajinan Hingga Kesenian Tradisional Meriahkan Sidokarto Fair #3, Berlangsung Sampai 15 September
Mulai usaha sejak tahun 2000 an silam, ia kini telah memproduksi sejumlah kerajinan berbahan kayu mahoni. Selain produk hiasan dinding, ia juga mengerjakan rekal, berbagai permainan anak dari kayu, dan sejumlah peralatan lainnya.
Subbiyata mengaku belajar secara madiri saat memulai usaha tersebut.
Tanpa ada yang mengajari, kerajinan buatannya tampak cukup teliti dikerjakan.
Mulai dari lekukan-lekukan terkecil hingga goresan pewarnaan sangat diperhatikannya.
"Awalnya istri saya bekerja dengan seseorang yang punya usaha di bidang kayu. Saat itu dia menawari dan akhirnya saya mulai terjun di usaha ini," jelasnya.
• Mantap Keluar dari Karyawan Pabrik, Sri Wahyuni Sukses Geluti Bisnis Kerajinan Tali
Subbiyata mengatakan, perlu ketelitian dan ketelatenan untuk mengerjakan produk tersebut.
Pasalnya, hiasan kayu yang diangkatnya kerap menyerupai lukisan, sehingga ada celah-celah kecil yang juga mesti diperhatikan untuk diukir agar menyerupai bentuk aslinya.
Produknya biasa bertema nuansa pedesaan dan realitas kehidupan sehari-hari, semisal ukiran tukang becak, suasana pasar tradisional, hingga kesibukan pada masa panen tumbuhan.
"Saya memang suka tema-tema seperti itu, selain cukup mudah untuk dibuat sketsa, biasanya juga cukup laris," ujarnya.
Dijelaskannya, proses pembuatan dimulai dengan menggambar pola atau suatu desain yang akan diangkat pada selembar kertas.
Setelah itu, pola yang sudah tergambar diletakkan pada medium kayu dan kemudian dibentuk menurut pola. Selanjutnya adalah proses penghalusan dan tahapan akhir yakni pewarnaan.
"Paling susah memang di tahap penghalusan, karena banyak bagian kecil jadi mesti teliti," kata dia.
Dalam sehari ia mengaku bisa membuat tiga sampai lima produk, tergantung tingkat kerumitan yang dihasilkan.
Pengerjaan biasa dilakukan pada saat ada pemesanan. Rentang harga yang dijual Subbiyata berkisar dari Rp100-Rp350 ribu.
Produk tersebut juga telah dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia. (TRIBUNJOGJA.COM)