Gunungkidul
DPP Gunungkidul Pastikan Sapi yang Mati Beberapa Hari Lalu Bukan Karena Antraks
DPP Gunungkidul mendapat informasi bahwa penyebab kematian ternak sapi di wilayah Bejiharjopada Selasa (27/08/2019) bukan karena oleh antraks.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul memastikan hewan ternak yang mati beberapa waktu lalu di kawasan terpapar bakteri antraks yaitu di Bejiharjo, KEcamtan Karangmojo bukan karena antraks.
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Dinas DPP Bambang Wisnu Broto, Jumat (30/8/2019).
"Kami sudah mendapatkan informasi dari Balai Besar Veteriner Wates yang menyatakan negatif antraks. Sapi yang mati beberapa waktu lalu kemungkinan ada riwayat penyakit," katanya pada Tribunjogja.com.
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mendapat informasi bahwa penyebab kematian ternak sapi di wilayah Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo pada Selasa (27/08/2019) kemarin bukan disebabkan oleh antraks.
Kendati demikian, hingga kini penyebab kematian ternak tersebut belum dapat diketahui secara pasti.
Kepala DPP, Bambang Wisnu Broto mengatakan, pihaknya mendapat informasi bahwa hasil uji laboratorium di Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates menyatakan negatif antraks.
Kendati demikian informasi tersebut belum disampaikan secara resmi.
"Alhamdulillah, negatif antraks. Kemungkinan ada riwayat penyakit dalam pada sapi tersebut," ujar Bambang, Jumat (30/08/2019).
Terpisah, Kepala Seksi Kesehatan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Kbaupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti menyampaikan informasi yang diterima dari BBVet masih belum resmi, ia menerima informasi tersebut dari pesan singkat.
"Hasil resmi belum turun, baru wa. Kemungkinan ada indikasi penyebab lain matinya ternak berjenis kelamin betina itu. Kami juga belum mengetahui apa yang menjadi ponyebab spi tersebut mati karena harus dilakukan pembedahan atau nekropsi," jelasnya.
Pihaknya tidak bisa melakukan nekropsi karena dugaan awal penyebab sapi yang mati mendadak terkena antraks.
Karena Prosedur tetap (protap) bagi hewan ternak yang mati mendadak dan diduga terkena antraks tidak diperbolehkan membuka bangkai.
"Bangkai kemarin sudah dikubur dan tidak bisa dibuka lagi bangkainya. Idealnya untuk mencari penyebab kematian laiinya sapi harus nekropsi. Itu juga untuk keamanan untuk para petugas yang ada di lapangan," katanya.
Kedepan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi terkait perawatan ternak sehingga kasus kematian ternak dapat berkurang.
Sebagaimana diketahui, Selasa (27/08/2019) kemarin ternak milik Sunaryo ditemukan mati di dalam kandang.
Matinya sapi tersebut awalnya diduga terkena antraks lantaran kawasan Bejiharjo merupakan kawasan endemik antraks.(*)