Suami Gugat Istri Minta Kembali Seluruh Uang Biaya Anak yang Ternyata Hasil Perselingkuhan
Seorang pria melayangkan gugatan kepada istrinya dengan meminta kembali seluruh uang yang telah dikeluarkan untuk membiayai anak mereka.
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Suami Gugat Istri, Minta Kembali Seluruh Uang Biaya Anak yang Ternyata Hasil Perselingkuhan
TRIBUNJOGJA.COM - Seorang pria melayangkan gugatan kepada istrinya dengan meminta kembali seluruh uang yang telah dikeluarkan untuk membiayai anak mereka.
Ini terjadi setelah pria itu mengetahui bahwa anak berusia delapan tahun tersebut ternyata bukan darah dagingnya.
Dalam gugatan yang dilayangkan ke Divisi Rumah Tangga Pengadilan Tinggi di London tersebut diketahui pula bahwa anak tersebut merupakan darah daging pria yang telah berselingkuh dengan sang istri.
Hakim yang memimpin persidangan mengatakan bahwa anak tersebut tidak boleh diberitahu mengenai peristiwa yang sebenarnya sebelum ia benar-benar telah cukup umur dan dianggap sudah bisa menerima kenyataan.
Pengadilan juga tak akan mempublikasikan siapa pria yang menjadi ayah biologis anak tersebut.
Pasangan suami istri ini terlibat dalam perselisihan setelah mengetahui bahwa anaknya ternyata hasil dari perselingkuhan sang istri.
Kasus ini kali pertama diajukan ke pengadilan pada Juli lalu.
Kemudian digelar lagi persidangan pada Agustus 2019 ini untuk mengeluarkan keputusan selanjutnya.
Dikutip dari Mail Online, Jumat (23/8), besar kemungkinan tuntutan yang dilayangkan sang istri ini bisa dikabulkan persidangan.
Bos Laundry Bakar Jasad Selingkuhannya Hingga Tak Bersisa
Seorang pria WN Singapura divonis seumur hidup atas tuduhan membunuh kekasihnya di sebuah tempat terpencil di Gardens by the Bay East, Singapura.
Sadisnya, usai membunuh, pelaku kemudian membakar tubuh korban selama tiga hari hingga tak ada yang tersisa.
Pria WN Singapura yang juga bos gerai binatu atau laundry Leslie Khoo Kwee Hock (51) dinyatakan bersalah atas pembunuhan tahun 2016 oleh pengadilan Singapura , Senin (18/8/2019).
Karena usianya di atas 50 tahun, ia tidak mendapatkan hukuman cambuk.
Sepanjang persidangan 11 hari, Pengadilan Tinggi Singapura mendengar paparan bagaimana Khoo membunuh Cui Yajie, seorang insinyur WN China berusia 31 tahun, pada 12 Juli 2016.
Dia kemudian membawa tubuhnya ke tempat terpencil di Lim Chu Kang dan membakarnya selama tiga hari sampai tidak bagian tubuhnya yang tersisa.
Hanya saja, tidak ada pembunuhan yang sempurna. Polisi menemukan beberapa helai rambut korban di tempat pembakaran, sebuah kait bra dan potongan-potongan kain hangus dari gaunnya.
Ini adalah kasus kedua dalam sejarah hukum Singapura sejak 1966, pelaku dihukum karena pembunuhan tanpa adanya bukti mayat.
Pria yang sudah menikah ini banyak berbohong selama hubungan mereka yang kemudian menjadi motif untuk mengakhiri hidup kekasihnya.
Kepada sang kekasih, Khoo mengaku masih lajang dan bahwa dia memiliki perusahaan binatu atau laundry tempat dia bekerja.
Dia juga menipu Cui untuk memberinya Sin $ 20.000 atau sekitar Rp 200 juta yang dia klaim akan digunakan untuk “investasi emas”.
Penuntutan yang dipimpin oleh Wakil Jaksa Agung Hri Kumar Nair telah meminta hukuman seumur hidup bagi Khoo, menulis dalam dakwaan "penghilangan absolut atas mayat ... memberi gambaran kebiadaban atau kebrutalan serangan oleh pelaku".
Hakim Audrey Lim tidak memvonisnya hukuman maksimal, yakni hukuman mati, karena tidak ada bukti pria itu melakukan tindakan brutal terhadap korban atau sengaja untuk membunuh orang lain.
Hakim Lim berkesimpulan bahwa Khoo membunuh Cui dengan motif untuk membebaskan diri dari tekanan keuangan dan ancaman yang diajukan korban kepadanya.
Khoo membunuh korban setelah terjadi pertengkaran keduanya di dalam mobil BMW milikny di Gardens by the Bay, karena korban mengancam akan mengungkapkan kebohongannya kepada bosnya.
Dalam kesaksiannya, Khoo mengaku dalam kondisi panik dan bingung pada saat itu, namun hakim Lim mengatakan bahwa dia tidak kehilangan kendali saat meraih lehernya dan mencekiknya.
Namun demikian, dia mengatakan pada hari Senin bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Khoo telah berencana untuk membunuh Cui hari itu.
Dia “kemungkinan tidak mengetahui” niat Cui untuk menghadapi bosnya dan telah memutuskan untuk membawanya ke Gardens by the Bay untuk menenangkan wanita itu, katanya.
“Tidak ada bukti bahwa ia melakukan (pembunuhan) secara brutal. Saya menyimpulkan bahwa dia menekan lehernya dengan kuat dan dapat menyimpulkan berapa lama dia melakukannya,” kata Hakim Lim kepada pengadilan, seperti dilansir TribunBatam.id dari Today Online.
Dalam dakwaannya, jaksa menggambarkan Khoo sebagai seseorang yang sebagian besar kehidupannya menipu dan menipu istrinya, majikan dan kolega, mitra bisnis dan kekasihnya".
“Sulit membayangkan seorang lelaki yang lebih hina dan menjijikkan daripada tertuduh…. Mengerikan, ia tampaknya tidak memiliki penyesalan atas perilakunya yang menjijikkan dan manipulatif, tidak menjadi karyawan yang baik, suami yang baik, serta ayah yang baik," kata jaksa.
Khoo masih menghadapi tuduhan lain, yakni kecurangan dan penggelapan. Pria ini dituduh menipu empat wanita lain --di antara mereka ada yang menjadi selingkuhan-- sekitar S $ 65.000 atau sekitar Rp 650 juta.
Khoo tercatat juga pernah dihukum 16 bulan pada tahun 2011 karena melanggar kepercayaan.
Dibakar Selama Tiga Hari
Pada pagi hari pembunuhan itu, Cui mengancam untuk pergi ke tempat kerja Khoo di Tuas untuk berbicara dengan bosnya.
Khoo mencoba untuk mencegahnya.
Sebelumnya, korban juga sempat mengirim pesan ke Facebook istri pelaku tentang kelakuan suaminya, menurut kesaksian sang istri di persidangan.
Khoo mencegatnya di Stasiun MRT Joo Koon, stasiun terdekat dengan tempat kerjanya.
Di sana, dia mengatakan padanya bahwa dia akan membawanya menemui atasannya dan mereka kemudian naik mobilnya.
Pria itu membawa Cui ke Gardens by the Bay dan mencekiknya di kursi penumpang depan, sampai korban berhenti bergerak.
Dia kemudian membeli arang dan minyak tanah dari dua toko di sepanjang Jalan Kranji dan menuju ke Lim Chu Kang Lane 8.
Tubuh korban kemudian diletakkan di bawah kanopi logam dan membakarnya selama tiga hari berikutnya.
Selama tiga hari itu, ia akan mengunjungi tempat itu sesekali untuk menyiram arang dengan minyak tanah sampai tubuh tersebut hancur tak bersisa, termasuk tulang-belulangnya.
Khoo juga membuang barang-barang korban di Orchid Country Club, tetapi sempat mengambil sedikit uang sebesar Sin $ 30 dari dompetnya dan memotong kartu kreditnya.
Barulah pada sore hari tanggal 14 Juli 2016, setelah Cui tidak muncul selama tiga hari, rekan-rekannya yang cemas membuat laporan kehilangan pada polisi.
Polisi kemudian memanggil orangtuanya dan mengunjungi flatnya.
Polisi kemudian mengetahui bahwa Khoo adalah orang terakhir yang berinteraksi dengan Cui. Dia ditangkap pada 20 Juli 2016. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul: Pria Singapura Membunuh dan Membakar Selingkuhannya Selama 3 Hari Hingga Tak Bersisa