Magelang

Kisah Bunker Peninggalan Belanda yang Kini Jadi Sarang Kelelawar di Magelang

Bunker peninggalan Belanda di Jalan Doreng Timur, Kwarasan, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com | Rendika Ferri
Suasana Bunker peninggalan Belanda di Jalan Doreng Timur, Kwarasan, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, yang gelap dan kotor, Rabu (21/8/2019). 

Bunker peninggalan Belanda di Jalan Doreng Timur, Kwarasan, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, tak terpelihara dengan baik. Bangunan yang digunakan sebagai tempat perlindungan saat jaman perjuangan di Kota Magelang tersebut dalam kondisi tak terawat.

.

.

Suasana Bunker peninggalan Belanda di Jalan Doreng Timur, Kwarasan, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, yang gelap dan kotor, Rabu (21/8/2019).
Suasana Bunker peninggalan Belanda di Jalan Doreng Timur, Kwarasan, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, yang gelap dan kotor, Rabu (21/8/2019). (Istimewa)

Laporan Reporter Tribunjogja.com | Rendika Feri

SAAT dikunjungi pada Rabu (21/8/2019), bangunan tampak gelap dan kotor. Jalan masuk yang serupa gua ataupun terowongan selebar 1,5 meter dengan tinggi 3,5 meter tertutup oleh gerobak sampah.

Di dalam bunker gelap, tak ada penerangan.

Pintu-pintu kayu yang semula terpasang di jalan masuk dan bilik-bilik kamar sudah raib.

Ada empat ruangan yang ada di dalam bunker berukuran 3,5x3,5 meter dengan dua ruangan kecil.

Bunker lama tak dikunjungi dan dibersihkan, sehingga kelelawar membuat sarang di kamar-kamar di dalam bunker.

Bau kurang sedap tercium dari kotoran kelelawar. Pintu keluar yang ada juga sudah tertutup material tanah.

Salah seorang warga yang tinggal di samping bunker, Sugiarti (62), mengatakan, bunker memang telah lama terbengkalai.

Beberapa kali dari pihak pemerintah dan sejumlah komunitas berkunjung dan memeriksa kondisi bunker, tetapi setelah itu, mereka tidak kembali lagi.

"Setahu saya, bunker itu adalah bangunan pada jaman belanda. Bunker untuk berlindung dulu. Ada enam kamar, modelnya lingkaran,"

"Kondisinya ya seperti itu, kotor dan tak terawat. Dulu ada yang dari pemerintah ke sini, tetapi juga memeriksa saja, setelah itu tidak kembali lagi," katanya.

Padahal jika dirawat dengan baik, bunker tersebut bisa dijadikan wisata edukasi atau sejarah.

Pasalnya, di kawasan Kwarasan tersebut dulunya memang permukiman pada saat era perjuangan.

Hal tersebut tampak pada bangunan-bangunan di lokasi tersebut yang masih bergaya kolonial.

"Kalau dibersihkan dan dirawat, dikasih penerangan, bisa jadi wisata sejarah atau edukasi, daripada tak terawat seperti itu, kotor dan jadi sarang hantu atau kelelawar, bisa jadi spot sejarah. Apalagi di lingkungan sini, memang banyak rumah-rumah asli bangunan bersejarah," tuturnya.

Bagus Priyana, Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang yang memberikan perhatian kepada bangunan bersejarah di Kota Magelang, mengatakan, bunker ini adalah bangunan yang memiliki sejarah.

Fungsinya adalah Bungker atau tempat perlindungan dari bencana, perang atau serangan udara.

Bunker itu mulai ada pada tahun 1937, sejak perumahan Kwarasan karya Herman Thomas Karsten sebagai perumahan sehat dibangun.

Luch Bestcherming Diens (LBD), Dinas Perlindungan Udara Belanda dulu memang meminta masyarakat membuat satu bunker di depan rumah masing-masing untuk tempat berlindung.

"Bunker itu fungsinya tempat berlindung saat perang atau terjadi bencana. Dulu kan ada bencana Gunung Merapi meletus pada tahun 1930 dan dampaknya memakan korban di Magelang,"

"Serangan udara saat perang juga kerap terjadi pada saat itu, terlebih saat Jepang sudah mulai dekat dan menunjukkan keagresifan mereka. Bunker itu dibangun sebagai perlindungan warga," katanya.

Biasanya saat terjadi bencana atau serangan, sirine di atas menara air atau Water Toren di Alun-alun Kota Magelang dibunyikan.

Sirine itu menyambung dengan tiga menara sirine lain atau Bengung, di Kemirirejo, Plengkung dan Potrosaran. Saat itulah para warga langsung berlindung ke dalam Bungker .

"Saat ada serangan atau bencana itu sirine dibunyikan. Warga masuk dan berlindung ke dalam bunker," tuturnya.

Bagus pun menyayangkan kondisi bunker yang kini tak terawat.

Akhir Kisah Kasus Video Viral Vina Garut, Pengakuan Pemeran Utama Pria yang Kini Sakit Tak Berdaya

Tak Diduga Tak Disangka Air Menyembur di Lahan Kering Retak-retak Gunung Kidul

Kutipan Sadboy Ala Mas Pur Tukang Ojek Pengkolan yang Ngena Banget

Kisah Kakek 83 Tahun Nikahi Perempuan 27 Tahun, Ternyata Mbah Dirgo yang Dilamar

Ia pun berharap ada kepedulian dari pemerintah setempat untuk memelihara bangunan peninggalan sejarah tersebut.

Bagaimanapun bunker itu juga salah satu bangunan yang menjadi saksi pada saat perjuangan dulu.

"Coba dibersihkan dan dirawat lagi, pasti bisa jadi wisata sejarah yang bagus untuk anak-anak,"

"Ketimbang terbengkalai seperti ini, ada kelawar di dalam, dijadikan saja destinasi wisata. Saya yakin masyarakat akan tertarik dan berkunjung untuk menyaksikan secara langsung peninggalan sejarah ini," tuturnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved