Pengakuan Pemain Jathilan Jika Kesurupan Makan Beling dan Penjelasannya Secara Medis
benarkah para pemain jathilan itu kesurupan karena dirasuki roh halus? Bagaimana rasanya jika berada dalam kondisi kesurupan? Begini penjelasannya
Pengakuan Pemain Jathilan Jika Kesurupan Makan Beling dan Penjelasannya Secara Medis
Beberapa hari ini muncul kabar duka yang menimpa seorang pemain jathilan atau kuda lumping. Eko (49) nama pemain jathilan itu, meninggal dunia setelah melakukan aksi berbahaya memecahkan genting di kepalanya. Ia juga sempat membenturkan kepalanya ke pagar sembari tampak kesurupan. Sebenarnya seperti apakah kesurupan itu?
Eko (49) seorang pawang jathilan atau kuda lumping tewas saat tampil dalam rangka memeriahkan HUT ke 74 Kemerdekaan RI di Baturaja OKU, Minggu (18/8/2019).
Is sebenarnya sudah memiliki pengalaman selama puluhan tahun.
Ia kerap kali melakukan aksi berbahaya semisal memecahkan benda keras di kepalanya.
Sebelumnya, tidak pernah ada insiden serius yang menimpa Eko.
Tapi kali ini, penonton pertunjukan jathilan itu melihat ada sesuatu yang aneh.
Sebab diluar kebiasaan yang dilakukannya dalam atraksi itu, penonton melihat ada darah yang mengucur dari kepalanya.
Sontak warga terkejut ketika melihat kepala Eko berdarah, padahal selama ini sang pawang dikenal tidak pernah berdarah ketika memecahkan benda keras dengan kepalanya.
Biasanya Eko dikenal kebal saat melakukan atraksi dan kepalanya tidak pernah berdarah.
Meskipun kepalanya sudah berdarah, namun pawang kuda lumping ini tidak peduli.
Pria berusia 49 tahun yang masih dalam posisi kesurupan ini berlari menuju ke arah pinggir lapangan dengan melompati pagar besi pembatas.
Pawang kuda lumping ini juga membenturkan kepalanya ke besi.
Sekitar jarak 20 meter korban terjatuh dengan kondisi masih kerasukan.
Melihat kondisi korban, spontan 2 pawang kuda lumping yang juga teman korban segera memberikan pertolongan.
Korban dibawa ke ruang ganti yang bersebelahan dengan panggung.
Namun akhirnya nyawa korban tidak tertolong.
Pengakuan pemain jathilan
Tribun Jateng pernah mewawancarai pemain Jathilan yang mengaku sering dirasuki roh halus.
Salah satunya diungkap oleh Ketua Kelompok Tari Jaran Eblek Tri Tunggal, Kebumen, Sudaryono.
"Dia kesurupan roh halus. Itu biasa kalau kami pentas. Tiap penari memiliki roh dalam, yang dapat merasuki tubuh saat menarikan Jaran Eblek," katanya saat menjelaskan salah satu pemainnya yang bertingkah aneh.
Rohman, nama pemain jathilan yang kerasukan tersebut, perlahan-lahan sadar.
Dia berdiri sambil beberapa kali meludah.
Pemuda desa setempat itu tak sadar sudah memakan kemenyan dan beling dari pecahan botol kaca.
"Saat kerasukan rasanya seperti sedang bermimpi jalan. Suasana sepi, sunyi. Saya tidak melihat sosok yang merasuki," ungkap Rohman.
Bagaimana dengan pecahan kaca yang sempat termakan?
Rohman menjawab material tersebut seakan menjadi air di dalam tubuh.
"Jadi aman. Saya tidak pernah merasa sakit setelah memakan kaca. Sudah berulang kali ikut menarikan Jaran Eblek ini," ujarnya.
Tinjauan medis kerasukan
Ketua Departemen Psikiatri FK-UGM, Dr dr Carla Raymondalexas Marchira, SpKJ (K), dalam kesempatan wawancara dengan tribunjogja.com 2017 lalu memaparkan bahwa kesadaran manusia itu dibagi menjadi tiga fase, yakni fase conscious mind (alam sadar), subconscious mind (alam bawah sadar) dan unconscious (tidak sadar).
Kejadian kesurupan dalam keilmuan adalah proses self hypnosis atau menghipnotis diri sendiri dan terjadi saat fase subconscious atau tidur tapi tidak dalam.
"Untuk mengatasi hal itu, bisa dilakukan dengan memberikan obat agar dia tidur lebih dalam atau tidur nyenyak," katanya kepada Tribun Jogja, Jumat (3/11/2017).
Dr Carla melanjutkan, kesurupan terjadi karena fase subconscious terbuka dan memori yang tidak ingin kita ingat akhirnya keluar.
Mereka yang bisa mengalami kesurupan adalah orang yang mudah tersugesti sehingga mengalami proses self hypnosis atau kesurupan.
Dalam kasus ini, seseorang dapat kesurupan atau menghipnotis diri sendiri, karena sebelumnya telah mendapat sugesti.
Mereka pernah ditakuti-takuti atau ada peristiwa tertentu yang mengingatkan pada hal-hal yang menakutkan.
"Bisa jadi, kasus kesurupan di salah satu sekolah di Yogyakarta itu terjadi karena salah satu atau beberapa siswa pernah ditakut-takuti. Akhirnya mereka was-was ketika misal ada pohon ditebang. Mereka takut dan berpikiran, bagaimana kalau penunggu di pohon itu pindah atau marah," paparnya.
Terjadinya kesurupan masal, terangnya, biasanya dialami oleh perempuan.
Hal itu karena dari sisi psikologis mereka gampang tersugesti, gampang ditakuti dan cemas.
Ketika ada anak perempuan teriak, maka akan menular ke anak perempuan lain.
Selain berteriak, terkadang mereka juga bisa menjadi seperti orang lain, atau menyerupai hewan, ada juga yang mengeluarkan suara yang seperti bukan suaranya.
Self hypnosis juga bisa muncul ketika seseorang mendengar irama-irama ritmis, misalnya dengan mendengar alunan jathilan, atau ketika orang berzikir.
Irama itu membuat orang mengantuk dan akhirnya tersugesti dalam kondisi subconscious.
"Maka dari itu, untuk menghindari kasus ini, jangan menakuti-nakuti anak-anak. Berilah mereka kekuatan untuk percaya kepeda Tuhan. Jangan takuti mereka dengan hal mistis dan yakinkan mereka bahwa hal itu tidak ada," pungkasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)