Info Gempa

Info BMKG : 4 Gempa Bumi Dirasakan Hari Ini di Sukabumi, Pangandaran, Enrekang dan Labuha

Hari ini Senin 19 Agustus 2019 setidaknya terjadi 4 kali gempa bumi yang pertama di Sukabumi, kemudian Pangandaran, Labuha dan di Enrekang.

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
ist
Ilustrasi gempa bumi 

Info BMKG : 4 Gempa Bumi Dirasakan Hari Ini di Sukabumi, Pangandaran, Enrekang dan Labuha

TRIBUNJOGJA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat ada 4 kali kejadian gempa bumi dirasakan pada 19 Agustus 2019.

Pencatatan ini berlaku setidaknya hingga pukul 19.00 WIB.

Berikut daftar gempa bumi yang terjadi pada 19 Agustus 2019 :

1. Sukabumi, Jawa Barat

Pusat gempa berada di darat 24 km BaratLaut Kab. Sukabumi dengan kedalaman 8 kilometer. Magnitudo gempa 3.0 pada pukul 08.13 WIB. Gempa dirasakan di Sukabumi dengan skala MMI I-II.

2. Pangandaran, Jawa Barat

Pusat gempa berada di laut, 62 kilometer barat daya Kabupaten Pangandaran dengan kedalaman 78 kilometer. Magnitudo gempa 4,3 pada pukul 11.00 WIB. Gempa dirasakan di Pangandaran dengan skala MMI II.

3. Labuha, Maluku Utara

Pusat gempa berada di 86 kilometer tenggara Labuha, Maluku Utara dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa tidak berpotensi tsunami. Gempa berkekuatan magnitudo 5.0 pada pukul 12.53 WIB.

4. Enrekang, Sulawesi Selatan

Pusat gempa berada di darat 9 kilometer barat laut Enrekang, Sulawesi Selatan dengan kedalaman 10 kilometer. Magnitudo gempa 4,4 pada pukul 14.07 WIB. Gempa dirasakan di Enrekang dengan skala MMI II.

Mengenal Istilah 'Megathrust', Gerakan Lempeng Bumi yang Bisa Timbulkan Gempa dan Tsunami Besar

Dua kali dalam sebulan terakhir, istilah megathrust populer, dikaitkan dengan guncangan gempa di Jakarta dan potensi Pandeglang yang dalam skenario terburuk mencapai ketinggian 57 meter.

Namun, apa sebenarnya megathrust itu sendiri serta wilayah Indonesia mana yang berpotensi terdampak?

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), Daryono, mengungkapkan, megathrust bisa diartikan sesuai dengan kata penyusunnya.

Yang Perlu Diwaspadai Selain Megathrust, 295 Sesar Aktif yang Bisa Picu Gempa di Darat

"Thrust" merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik.

Dengan demikian, megathrust bisa diartikan gerak sesar naik yang besar.

Mekanisme gempa itu bisa terjadi di pertemuan lempeng benua. Dalam geologi tektonik, wilayah pertemuan dua lempeng ini disebut zona subduksi.

Menurut Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, zona megathrust terbentuk ketika lempeng samudera bergerak ke bawah menunjam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi.

Analisa BMKG Soal Terjadinya Rentetan 8 Gempa di Zona Subduksi Selama Agustus 2019

"Zona subduksi ini diasumsikan sebagai sebuah zona “patahan naik yang besar” atau populer disebut zona megathrust," kata Daryono kepada Kompas.com, Sabtu (7/4/2018).

Jalur subduksi cukup panjang dengan kedalaman sekitar 50 kilometer, mencakup seluruh bidang kontak antarlempeng.

Zona megathrust di Indonesia bukan hal baru karena sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan.

Sebagai sebuah area sumber gempa, maka zona ini dapat memunculkan gempa bumi dengan berbagai magnitudo dan kedalaman.

Perbedaan Skala Richter dan Skala MMI Disertai Ilustrasi untuk Mengetahui Kekuatan Gempa

Gempa megathrust dianggap menakutkan karena dianggap selalu bermagnitudo besar dan memicu tsunami.

"Namun demikian, data menunjukkan sebagian besar gempa yang terjadi di zona megathrust adalah gempa kecil dengan kekuatan kurang dari 5,0," kata Daryono.

Menurut Daryono, yang terlibat dalam Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) 2017, di Indonesia terdapat 16 titik gempa megathrust yang tersebar di sejumlah titik, yaitu:

1. Aceh-Andaman 
2. Nias-Simeulue 
3. Kepulauan Batu, 
4. Mentawai-Siberut 
5. Mentawai–Pagai 
6. Enggano 
7. Selat Sunda Banten 
8. Selatan Jawa Barat 
9. Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur 
10. Selatan Bali 
11. Selatan NTB 
12. Selatan NTT 
13. Laut Banda Selatan 
14. Laut Banda Utara 
15. Utara Sulawesi 
16. Subduksi Lempeng Laut Pilipina

Daryono mengungkapkan, berdasarkan kajian kegempaan, setiap zona suibduksi punya potensi gempa yang berbeda-beda.

Besarnya gempa yang kemudian terjadi tak bisa diprediksi dan sangat bergantung pada gerak serta kedalamannya.

"Khusus segmen megathrust di selatan Jawa Barat dan Banten, wilayah ini memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,8," katanya.

Tidak setiap gempa megathrust menimbulkan tsunami.

Tsunami punya syarat, yaitu gempa besar, hiposenter dangkal dan gerak sesar naik.

Para ahli dan instansi terjadi tanggap darurat bencana terus melakukan penelitian dan pembaharuan data peta kerawanan gempa.

"Jika terjadi gempa yang magnitudonya lebih besar dari gempa-gempa yang pernah terjadi sebelumnya, maka akan merubah titik-titik kerawanan. Untuk itulah perlunya dilakukan pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa di Indonesia pada periode waktu tertentu." tutupnya. (*/kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved