Pendidikan
SMP Muhammadiyah 3 Depok dan SMK Sultanah Asma Jalin Kerjasama Guna Tingkatkan Kapasitas Sekolah
Kepala SMP Muhammadiyah 3 Depok Hasanudin mengatakan, program sister school dengan Malaysia ini telah terjalin selama enam tahun.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dalam rangka meningkatkan kapasitas sekolah hadapi era revolusi industri 4.0, SMP Muhammadiyah 3 Depok dan Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Sultanah Asma, Malaysia, perkuat brenchmarking melalui International Sister School Programme.
Kerjasama ini ditandai dengan kunjungan dari Sekolah Menengah Kebangsaan Sultanah Asma ke SMP Muhammadiyah 3 Depok sekaligus dilakukan penandatangan kerjasama pada Jumat (2/8/2019).
Kepala SMP Muhammadiyah 3 Depok Hasanudin mengatakan, program sister school dengan Malaysia ini telah terjalin selama enam tahun.
• Bekali Mitigasi Bencana Bagi Relawan Sekolah Cerdas, SMP Muhammadiyah 3 Depok Gelar Simulasi Bencana
"Targetnya kita membangun jejaring dengan luar negeri. Program ini saling memberi masukkan, bertukar pengalaman dan bagaimana menghadapi pendidikan di era revolusi industri 4.0," ujarnya
Pada kesempatan ini, SMP Muhammadiyah 3 Depok mengenalkan berbagai budaya kepada Sekolah Menengah Kebangsaan Sultanah Asma seperti tari tradisional dan budaya Jawa.
"Tapi yang lebih luas lagi kita kenalkan ke sekolah-sekolah Muhamadiyah," kata dia.
Sementara itu, Pengetua Sekolah Menengah Kebangsaan Sultanah Asma, Puan Zurina binti Abdul Hamid mengatakan, program sister school ini membuka ruang bagi sekolah untuk bertukar pikiran dan isu pendidikan.
Lanjutnya, isu yang diangkat pada tahun ini mengenai pembelajaran terkait mendidik siswa di era revolusi industri 4.0 dan pengembangan STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics).
• Batik Motif Robotik dan Roket Air Ini Merupakan Karya Siswa SMP Muhammadiyah 3 Depok
"STEM dan tema isu pada tahun ini sebetulnya sudah lama diterapkan di Malaysia. Dasar kebijakan penerapan pendidikan di Malaysia itu 60 persen terkait edukasi Sains dan Matematika, sedangkan 40 persen sastra dan lainnya, tapi target belum tercapai optimal. Kemudian penyajian STEM ini kita ambil praktik terbaik di sini dan akan kita terapkan ke sana (Malaysia)," tuturnya
Sementara itu, Ketua Majelis Dikdasmen PDM Sleman Suwadi menambahkan, sekolah Muhammadiyah tidak hanya menjalankan fungsi pendidikan, tetapi juga harus bisa memberikan pelayanan dakwah dan pengkaderan.
Ia mengatakan, revolusi industri 4.0 tidak hanya ditandai oleh kecerdasan asli, tetapi juga kecerdasan buatan.
"Sehingga menggugah kita berbenah dan sekolah harus memperbaiki. Belum lagi perubahan abad 21 ditandai digitalisasi, keterbukaan itu menjadi realitas yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja," kata dia.
Ia berharap melalui program sister school ini dapat membangun image bahwa sekolah Muhammadiyah bisa Go International
"Mudah-mudahan kerjasama ini membawa dampak positif khususnya di bidang pendidikan dalam rangka menghadapi revolusi industri," jelasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)