Fakta Terbaru Temuan Mayat Mahasiswa Yogyakarta Asal Timor Leste di Jurang Cemorosewu Lereng Lawu
mahasiswa asal Timor Leste, Joao Bosco Baptista (21) identik dengan mayat yang ditemukan di Magetan Jawa Timur
Penulis: Santo Ari | Editor: Iwan Al Khasni
Polda DIY telah mengantongi identitas terduga pelaku yang menyebabkan mahasiswa asal Timor Leste, Joao Bosco Baptista (21) meninggal. Setelah memastikan bahwa mayat
yang ditemukan di Magetan Jawa Timur identik dengan orang yang dilaporkan hilang di Yogyakarta, Polda DIY kini tengah memburu tersangka yang terlibat dalam kasus ini.
"Kita peroleh informasi-informasi yang mengarah ke tersangka atau pelaku dan alhamdulilah kita sudah punya data-data orangnya. Tinggal tunggu waktu saja," ujar
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Pol Hadi Utomo, Kamis (18/7/2019).
Adapun kasus ini bermula ketika Sentra Pelayanan Kopolisian Terpadu (SPKT) Polda DIY menerima laporan orang hilang bernama Joao Bosco Baptista (21) pada 3 Juli 2019.
• Beda Lelang Pembangunan Tol Bawen-Yogyakarta dan Tol Solo-Yogyakarta
Laporan orang hilang tersebut kemudian berkembang menjadi laporan penculikan.
Atas laporan tersebut, pihak kepolisian memeriksa saksi dan juga mencari korban dari jejak digital.
Hingga beberapa hari kemudian Polda DIY mendapat informasi dari Polres Magetan bahwa di sana ada laporan penemuan mayat tanpa identitas di lereng jurang Cemorosewo
pada 12 Juli 2019.
Oleh kepolisian Magetan, jenazah di bawa ke rumah sakit di sana. Namun karena rumah sakit tersebut tidak memadahi untuk melakukan identifikasi, maka jenazah dirujuk ke
RS Bhayangkara Nganjuk.
Dari inforamasi itu, Polda DIY mengirimkan tim inafis untuk melakukan proses identifikasi awal. Proses identifikasi pun dilanjutkan di RS Bhayangkara Polda DIY.
"Setelah dilakukan pemeriksaan identifikasi yang panjang, kita ambil kesimpulan bahwa benar mayat mr x adalah Joao Bosco Baptista Colo. Kita juga minta dilakukan tes
ke labfor Semarang untuk mengetahui secara detil penyebab kematiannya," paparnya.
"Sekarang kita akan meningkat lagi mencari dan menemukan tersangka yang diduga pelaku penganiaya yang menyebabkan matinya orang," imbuhnya.
Sementara itu, Dokter Forensik RS Bhayangkara Polda DIY, Kompol Aji Kadarmo menjabarkan, proses identifikasi dimulai di RS Nganjuk dengan melakukan pemeriksaan sidik
jari. Di sana petugas membandingkan sidik jari yang didapat dengan paspor yang dimiliki korban.
"Kemudian jenazah dibawa ke RS Bhayangkara Polda DIY, kami lakukan pemeriksaan ulang dan lebih melakukan pemeriksaan secara DVI (Disaster Victim Identification) untuk
menguatkan idenfitikasinya," ungkapnya.
Di sini, dokter memeriksa melakukan pemeriksaan identifikasi primer berupa sidik jari, rekaman gigi dan DNA. Yang diambil adalah sidik jari telunjuk dan ibu jari dari
korban.
Sidik jari itu kemudian dibandingkan juga dengan data antemortem berupa paspor dari kantor imigrasi jogja dengan nomor paspor 0019124C.
"Dari identifikasi sidik jari dinyatakan teridentifikasi positif dengan kesesuaian titik sebanyak 13 titik," urainya.
Pemeriksaan menggunakan gigi dan medis pun turut dilakukan. Di sana dapat diketahui ciri-ciri khusus dan umum, termasuk ras, umur, tinggi badan dan ciri khusus lain
yang sifatnya spesial.
Ciri-ciri khusus yang ditemukan adalah ada tanda hitam di kuku jari korban.

Hasil itu diperkuat lagi dengan pemeriksaan benda yang dimiliki korban berupa jaket dan baju yang menempel. Baju dan jaket itu dicocokan dengan keterangan saksi yang
melihat korban terakhir kalu.
"Sehingga kami dari tim DVI dan tim inafis menyatakan secara pasti dan dapat dipertanggungjawbkan secara ilmiah dan hukum bahwa korban mr x yang dikirim di sini
teridentifikasi sebagi Joao Bosco Baptista Colo Batan, berasal dari Timor Leste dan lahir 9 januari 1998," terangnya.
Diduga Pelaku Ada Beberapa Orang
Hadi Utomo melanjutkan, dalam kasus ini jenasah ditemukan beberapa hari setelah kematian. Dengan kondisi jenasah, diperkirakan korban meninggal antara tanggal 2 hingga
7 juli 2019.
Atas kasus ini pihaknya pun telah memeriksa sembilan orang saksi. Dan berdasarkan hasil penyidikan, ia menyebut ada dugaan pelaku lebih dari satu orang.
"Ini masih praduga, pelaku lebih dari satu, ada beberapa orang," ungkapnya.
Ia pun meminta kepada masyarakat yang mengetahui kejadian janggal di lingkunganya dapat melaporkan ke kepolisian untuk mempermudah penyelidikan.
"Tidak harus menunjuk orang, tapi ketika melihat ada ganjil, misal mobil lewat yang mencurigakan," paparnya.
Sementara itu Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto mengatakan bahwa sebelumnya duta besar Timor Leste untuk Indonesia telah mendatangi Polda DIY.
Duta besar menandatangai beberapa dokumen, juga termasuk untuk pengurusan kepulangan jenazah ke Timor Leste.
"Duta Besar Timor Leste untuk Indonesia tidak memberikan target untuk pengungkapan kasus ini. Tapi kita berusaha semaksimal mungkin, dan alhamdulilah progresnya
positif. Mudah-mudahan dalam waktu 2-3 hari ini ada yang sudah bisa diamankan," tegasnya. ( Tribunjogja.com | Santo Ari )
Diberitakan sebelumnya, sesosok mayat berselimut ditemukan tergeletak di lereng jurang Cemorosewu, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur,
Jumat (12/7/2019) lalu.
Dari hasil identifikasi, identitas mayat berselimut tersebut merupakan mahasiwa di Yogyakarta yang menjadi korban penculikan.
Hal ini diungkapkan Kapolres Magetan AKBP Muhammad Riffai.
"Sudah teridentifikasi setelah kita melakukan koordinasi dengan Polda DIY. Korban adalah mahasiswa di Yogyakarta," ujar Riffai.
Diketahui jasad mahasiswa itu diperkirakan sudah berada di jurang lebih dari empat hari.
Penemuan identitas mayat berawal dari upaya Kepolisian Resor Magetan yang menyebarluaskan ciri-ciri korban.
Polda DIY yang menerima laporan adanya kasus penculikan mahasiswa dari Timor Leste lalu mengecek ciri-ciri korban yang ternyata identik dengan jasad tersebut.
"Respons dari Polda DIY di sana ada kasus penculikan. Polda DIY kemudian bekerja sama dengan kita dan korban identik dengan korban laporan penculikan," terang Riffai.
Sebelumnya, mayat pria tersebut sudah dalam kondisi sulit dikenali.
Mayat laki-laki tersebut pertama kali ditemukan oleh pemilik warung di kawasan tersebut.
"Saya tahu ada mayat di jurang, saat mau buka warung. Saya mencium bau bangkai yang sangat menyengat dan begitu dekat. Langsung saya telusuri, ternyata ada mayat
terbungkus selimut dan hanya kelihatan kakinya,"kata Joni, pemilik warung di Cemorosewu, kepada Surya, Jumat (12/7).
Setelah menemukan mayat itu, Joni melapor ke pos pintu masuk jalur pendakian Gunung Lawu di Cemorosewu.
Dari sana, laporan dilanjutkan ke Polsek Plaosan dan BPBD Kabupaten Magetan.
Joni menyebut, selain laki-laki, ciri-ciri mayat lainnya adalah mengenakan celana pendek dan kaus hitam.
"Kemungkinan mayat itu dilempar dari mobil, karena ternyata tidak masuk jurang. Kemudian di tendang-tendang . Karena ada bekasnya rumput yang tidur,"kata Joni.