Bisnis
Minat Pengusaha Buka SPBU Baru Masih Minim
Saat ini keinginan kalangan pengusaha untuk berinvestasi di sektor Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) masih cukup rendah
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) DIY menilai, saat ini keinginan kalangan pengusaha untuk berinvestasi di sektor Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) masih cukup rendah.
Selain akibat dari sebaran SPBU yang sudah cukup merata di sejumlah wilayah, faktor titik impas (break even poin) menjadi salah satu pertimbangan yang dipikirkan oleh investor.
Ketua Hiswana Migas DIY, Siswanto mengatakan, saat ini jumlah SPBU di wilayah DIY terdapat sekira 105 stasiun dan hingga akhir tahun diperkirakan hanya akan tumbuh lima SPBU baru dengan total 110 stasiun.
Menurutnya, pertumbuhan SPBU juga sudah tersebar cukup efektif menjangkau wilayah-wilayah terpencil di DIY,
• 6 SPBU di Tol Trans Jawa Beroperasi, Pertamina Imbau Masyarakat Maksimalkan SPBU Regular
sehingga kecil kemungkinan akan ada pertumbuhan yang signifikan dan keinginan dari pengusaha untuk menanam modalnya di bidang tersebut.
"Yang baru hanya ada beberapa nanti pembangunan. Kota dan Sleman nanti satu, kemudian di Wates untuk bandara juga. Kalau BBM nya sendiri tidak ada masalah selama ini. Tapi permasalahannya juga mereka mikir BEP-nya, balik modal berapa tahun," kata Siswanto, Rabu (19/6/2019).
Dijelaskan, titik impas dalam pendirian SPBU juga tergantung dengan lokasi yang dipilih oleh investor.
Jika strategis dan dekat dengan berbagai akses, titik impas bisa diperoleh dengan waktu maksimal tujuh-delapan tahun.
"Itu daerah yang ramai, tapi kalau sepi bisa sampai 10 tahun," sebutnya.
• Hiswana Migas DIY Siagakan 5 SPBU Kantong untuk Pasok BBM Jika Terjadi Kekurangan
Pun saat ini wilayah yang strategis untuk mendirikan SPBU sudah cukup sulit ditemukan.
Sehingga, menurut Siswanto investasi di bidang SPBU jarang dilirik oleh pengusaha.
Di lain hal, para pengusaha kecil malah terlihat cukup tertarik mendirikan SPBU mini eceran yang lazim disebut Pertamini.
Namun, Siswanto mengutarakan hal itu rentan terhadap kecelakaan karena tingkat keamanan yang sangat minim.
"Ada tapi tidak terlalu marak. Itu kan cukup berbahaya karena bak penampungnya hanya mengandalkan drum, kalau ada percikan api kan bahaya," sebutnya.
Disamping itu, Ia menyatakan kehadiran SPBU mini juga rentan terhadap penyalahgunaan karena tidak adanya uji tera. "Saya juga tidak terlalu ngerti, jadi takarannya bagaimana," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)