Yogyakarta

Dinkes DIY Intensif Skrining HIV

Selain melakukan skrining pada kelompok berrisiko, Dinkes DIY juga melakukan skrining pada ibu hamil.

Editor: Ari Nugroho
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta mencermati kasus HIV/AIDS terutama kepada pasien yang meninggal.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Berty Murtiningsih mengatakan sebelumnya sudah ada pasien HIV/AIDS yang meninggal.

"Ya sudah pernah ada, tetapi saat dalam perawatan," katanya, Kamis (13/6/2019).

Ia mengungkapkan pihaknya selalu menerima laporan per bulan.

Menurut data 1993 hingga 2018, sekitar 4.781 orang tercatat mengidap HIV. Dari 4.781, 1647 lainnya dalam fase AIDS.

Pasien HIV/AIDS Sempat Terkendala Mengakses ARV di RS Jogja

Pihaknya setiap tahun gencar melakukan pendataan, khsusunya pada kelompok risiko tinggi.

Yang termasuk kelompok resiko tinggi antara lain pengguna jarum suntik, homoseksual, dan waria.

Menurutnya HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, yang tampak hanya permukaannya saja.

Untuk itu pihaknya terus melakukan skrining.

Dengan demikian pengidap HIV bisa terdeteksi secara dini dan dapat diberikan antiretroviral (ARV), sehingga tidak masuk ke fase AIDS.

"Kami juga lakukan sosialisasi, supaya maysastakat mau memeriksakan kesehatan, hidup sehat. Kemudian juga mengajak masyarakat untuk tidak memberikan stigma kepada pengidap HIV/AIDS," ungkapnya.

Virus HIV Digunakan untuk Sembuhkan Penyakit Bocah Gelembung

"Stigma yang diberikan masyarakat membuat pengidap merasa terkucilkan, kemudian malah jadi tidak mau periksa. Perlu juga diketahui bahwa HIV/ AIDS tidak menular karena bersentuhan, karena berhubungan seksual. Itu pun jika konsentrasinya mencukupi. Maka pengidap perlu berobat dan rutin minum obat,"sambungnya.

Selain melakukan skrining pada kelompok berrisiko, Dinkes DIY juga melakukan skrining pada ibu hamil.

Jika ibu positif HIV, maka tidak menutup kemungkinan akan menular kepada sang anak.

Hal itu lantaran ibu dan anak satu aliran darah.

Ia mengakui bahwa meyakinkan ibu hamil untuk melakukan pengecekkan HIV tidak mudah.

Meski demikian hal tersebut perlu dilakukan, agar anak tidak tertular.

"Tidak mudah meyakinkan ibu hamil untuk cek HIV. Pasti bilang suami saya tidak mungkin positif, tetapi kan tidak ada yang tahu. Maka perlu dilakukan skrining. Misalnya ibu positif, bisa segera mendapat pengobatan dengan ARV, sehingga tidak menular ke anak," tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved