Cerita Warga Saat Lewat TKP Mutilasi Guru Honorer Kediri, Suara Tangis Bikin Merinding
Sejumlah warga menceritakan pengalamannya saat melewati warung nasi goreng yang menjadi lokasi mutilasi guru honorer.
Cerita Warga Lewat TKP Mutilasi Guru Honorer Kediri, Suara Tangis Bikin Merinding
Sejumlah warga menceritakan pengalamannya saat melewati warung nasi goreng yang menjadi lokasi mutilasi guru honorer, Budi Hartanto (28) di Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.
Mereka mengaku merinding saat melewati lokasi tersebut.
"Malam hari lewat depan warung tempat mutilasi korban rasanya merinding. Apalagi kalau lampunya mati suasana gelap," ungkap Sutikno (40) warga Ringinrejo Dikutip Tribunjogja.com dari Surya, Sabtu (27/4/2019).
Tak hanya Sutikno, rekannya yang lain juga mengaku hal sama bulu kuduknya berdiri saat lewat depan warung yang pernah disewa AS, satu di antara dua tersangka pembunuhan.
Apalagi sebelumnya, ada orang yang mengaku mendengarkan suara aneh seperti orang menangis di lokasi warung.
"Katanya ada yang menangis, kemudian menjerit-jerit saat malam hari," tuturnya.
Sementara Amin (35), warga setempat, tak menampik penjelasan yang disampaikan rekannya.
Ia mengaku, telah merasakan ada aura yang aneh saat melewati warung lokasi TKP mutilasi.
"Rasanya ada sesuatu yang beda dan membuat saya merinding," ungkapnya.
Kejadian itu, kata dia, dialami tujuh hari pasca terungkapnya kasus pembunuhan dan mutilasi.
"Waktu itu malam hari saya naik motor lewat jalan depan warung, suasana sudah sepi saat lewat badan saya merinding," ujarnya.
Sementara itu, Sujilah (65) yang rumahnya bersebelahan dengan TKP warung goreng tempat mutilasi korban mengaku, sejauh ini belum mengetahui ada kejadian aneh.
"Rumah saya yang berdekatan kok belum pernah merasakan hal-hal aneh. Karena tak ada lagi yang menempati warungnya sekarang sepi," ungkapnya.
Warung milik Subakir ini sudah lama kosong sebelum disewa tersangka AS.
• Kisah Panjang Sedhah Mirah di Makam Tua Situs Bekas Keraton Kartasura

Dua anaknya tidak tinggal di Desa Sambi karena merantau ke Pulau Batam dan menjadi TKI di Malaysia.
Namun terkait peristiwa yang terjadi di warungnya sudah ada warga yang memberitahu.
"Biasanya kalau Lebaran orangnya pulang," ujarnya.
Kisah Pelaku Mutilasi Guru Honorer Kediri Menjerit-jerit Lari Ketakutan di Tengah Malam
DUA pelaku mutilasi guru honorer Budi Hartanto Aris Sugianto alias AS alias AP dan Ajis Prakoso alias AJ sudah ditangkap polisi. Ada penggalan cerita dari warga, tetangga Aris Sugianto, beberapa hari sebelum pelaku ditangkap polisi.
Pada satu malam di tengah malam, Aris Sugianto pernah menjerit-jerit ketakutan di warung nasi goreng yang dikelolanya.
Kejadian itu pun sempat membuat warga di sekitar warung datang dan menanyakan apa yang terjadi di dalam warung.
Aris Sugianto diketahui membuka warung nasi goreng dan masakan Malaysia di Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.
Sujilah (65) mengetahui pelaku menjerit-jerit ketakutan pada malam hari seperti orang ketakutan. "Pelaku sempat menjerit-jerit seperti orang ketakutan.
Menurut dia, ketika peristiwa itu terjadi di warungnya juga ada temannya.
Dia bilang wedi aku, wedi aku (aku takut- aku takut)," ungkap Sujilah menirukan teriakan pelaku dikutip Tribunjogja.com dari SURYA.co.id, Sabtu (13/4/2019).
Kala itu, mengetahui ada suara ribut-ribut di warung depan rumahnya.
Sujilah sempat mengintip melihat kejadian di luar dari balik kelambu rumahnya.
ejumlah tetangga lainnya juga ada yang mengintip.
Pelaku juga terlihat sempat berlari dari warungnya ke jalan dengan ekspresi seperti orang yang ketakutan.
Keesokan harinya Sujilah sempat menanyakan kejadian yang membuatnya menjerit-jerit ketakutan.
Pertanyaan itu dijawab oleh pelaku yang mengaku pundaknya seperti kejatuhan kayu.
"Saat mencuci piring saya tanya, ada apa tadi malam jerit-jerit ketakutan?
Dia menjawab kaget karena pundaknya seperti kejatuhan kayu yang berat," ungkapnya.
Sejak kejadian itu, warung nasi goreng yang dikelola Aris kemudian tutup.
Usaha warung nasi goreng di Desa Sambi baru sekitar 10 hari.
Sehingga warga belum banyak yang mengetahui identitasnya.
Termasuk Sujilah yang rumahnya bersebelahan malahan mengaku belum kenal namanya.
"Kami memang sempat bertegur sapa, tapi saya tidak tanya siapa namanya," ujarnya.
Sedangkan warung yang dipakai berjualan milik warga yang saat ini merantau bekerja sebagai TKI di Malaysia.
Aris yang juga pernah menjadi TKI di Malaysia merupakan warga Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Aris bersama dengan Azis merupakan dua tersangka kasus mutilasi Budi Hartanto, guru honorer dan pemilik sanggar CK Dance Home yang berlokasi di ruko GOR Jayabaya, Kota
Kediri.
Fakta-fakta pembunuhan guru honorer
Fakta-fakta terbaru mengenai kasus pembunuhan guru honorer, Budi Hartanto terungkap.
Diberitakan sebelumnya, kedua pelaku bernama Aris Sugianto alias AS alias AP dan Ajis Prakoso alias AJ.
Keduanya ditangkap di tempat berbeda. AP ditangkap saat ke Jakarta, sedangkan AJ ditangkap di Kediri.
AP ditangkap saat berada dalam bus di Tol Dalam Kota Tegal Parang, Jakarta Selatan pukul 07.50 WIB.
Sementara pelaku berinisial AJ diringkus oleh kepolisian Kediri.
Kemudian masih banyak pula fakta baru terkait kasus pembunuhan guru honorer asal Kediri, berkut hasil rangkuman SURYA.co.id.
1. Resmi Dipindahkan ke Polda Jatim
Kedua pelaku pembunuhan guru honorer, Budi Hartanto (28). resmi dipindahkan ke Polda Jatim, pada Sabtu (13/4/2019).
Dipantau awak media pada Jumat (12/4/2019) sekitar pukul 23.40 WIB, keduanya langsung digelandang ke Ruang Penyidik Subdit Jatanras Polda Jatim di Gedung Direktorat
Reserse Kriminal Umum.
2. Kaki Terluka
Seusai turun dari mobil penyidik, terlihat kaki kiri kedua pelaku terbungkus perban.
Menurut informasi, luka itu akibat tertembus timah panas dari petugas.
"AJ yang ditangkap di Kediri mencoba kabur saat dibawa untuk menunjukkan lokasi peristiwa pembunuhan," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera,
Sabtu (13/4/2019).
Akibatnya, mereka berdua saat memasuki ruangan tersebut berjalan secara tertatih-tatih, bahkan sesekali meloncat-loncat dan dipapah oleh beberapa penyidik yang
membantunya.
3. Kronologi Pembunuhan dan Mutilasi
Seorang penyidik yang tak mau disebutkan namanya, memulai proses interogasi kepada keduanya.
Interogasi tersebut diawali dengan sebuah pertanyaan tentang proses mutilasi korban.
Saat ditanya penyidik perihal siapa yang memenggal leher korban, Ajis dengan sedikit memicingkan mata ke arah penyidik, mengawali diri menjawab pertanyaan itu.
Artikulasi ucapannya terbilang lugas, hanya saja intonasinya terdengar agak begitu lirih, seakan masih ragu hendak menyampaikan keutuhan informasi tersebut.
Meski begitu, akhirnya pelaku mengungkap kronologi mutilasi guru honorer bernama Budi Hartanto.
Ajis mengaku, dirinyalah yang melakukan proses mutilasi pertama kali.
Karena sempat alami kesulitan, pekerjaan Ajis yang belum sepenuhnya rampung itu, akhirnya dilanjutkan oleh Aris Sugianto.
"Pertama saya, terus dilanjutkan dia," katanya.
Kepada penyidik, Ajis menegaskan, proses dilakukannya berdua dengan Aris.
Setelah proses mutilasi usai, lanjut Ajis, dirinya bersama Aris memasukkan korban ke dalam koper.
Koper itu diketahui, ternyata milik ibunda Aris.
"Kami masukan ke dalam koper berdua juga," katanya.
Setelah rampung mengemasi potongan tubuh korban ke dalam koper.
Ajis menerangkan, keduanya langsung membuang ke pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar.
"Kami berdua buang koper itu di sungai," tandasnya.
4. Motif Pembunuhan
Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Frans Barung Mangeran mengatakan, motif asmara menjadi pemicu pembunuhan sadis itu.
"Sudah kami duga sejak awal pelaku adalah sangat mengenal korban. Keduanya diduga memiliki hubungan spesial dengan korban.
"Karena itu kami membaca ada hubungan asmara antara pelaku dan korban," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Jumat (12/4/2019).
Kendati demikian, Frans Barung enggan untuk menjelaskan secara detail kisah asmara antara pelaku dan korban.
Diakui Barung, keduanya merupakan teman dekat di sebuah komunitas.
"Bahkan (korban dan 2 pelaku) pernah memiliki hubungan spesifik dengan orientasi pada komunitas tertentu," terang Barung.
Namun ia membocorkan jika korban sering berganti pasangan.
"Almarhum banyak pacarnya," ungkap Barung. (*)