Kisah SBY Disadap Intelijen, Sejak Saat Itu Telepon Tak Pernah Lama
Kisah Saluran Telepon SBY Disadap Intelijen, Sejak Saat Itu Telepon Tak Pernah Lama
Kisah Saluran Telepon SBY Disadap Intelijen, Sejak Saat Itu Telepon Tak Pernah Lama
Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memutuskan mengurangi aktivitasnya di dunia politik jelang Pilpres 2019. SBY mengambil keputusan penting itu bukan tanpa alasan, terlebih di tengah memanasnya suhu politik tanah air.
Alasan SBY tersebut terkait keinginannya untuk fokus menemani sang istri, Ani Yudhoyono. Ani Yudhoyono memang sedang terkena kanker darah.
Sehingga, Ani Yudhoyono harus menjalani perawatan di rumah sakit yang ada di Singapura.
Meski demikian, SBY tentunya juga memiliki catatan panjang di dunia politik, termasuk sejumlah kontribusinya.
Sebab, SBY pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-6 selama dua periode.
Tepatnya, SBY menjadi presiden selama 10 tahun.
Periode pertama dijalani SBY pada tahun 2004 hingga 2009.
Saat itu, SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla yang merupakan wakil presidennya.

SBY-Jusuf Kalla saat itu memenangi Pilpres 2004 setelah mengalahkan empat pasangan calon (paslon) lainnya.
Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Hamzah Haz-Agum Gumelar, Wiranto-Solahudin Wahid, dan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo.
Lalu, pada periode kedua SBY memimpin bersama Boediono pada tahun 2009 hingga 2014.
Kala itu, SBY-Boediono berhasil menang pilpres setelah mengalahkan dua paslon lainnya.
Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Selama menjadi presiden, SBY memiliki sejumlah cerita soal kiprahnya.
Termasuk soal berbagai penyadapan yang dialaminya.
Penyadapan itu dialaminya saat dirinya sedang berbicara di telepon.
SBY mengungkapkan, sebenarnya penyadapan sudah pernah dialaminya jauh sebelum dirinya menjadi presiden.
Saat itu, dia sedang menjadai Kaster TNI antara 1998-1999.
"Tiba-tiba ada semacam transkripsi pembicaraan telepon saya yang disadap oleh 'kerja intelijen' itu", ungkap SBY dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan", terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
Dalam buku itu, SBY mengaku tidak tahu apa yang dilaporkan kepada atasannya.
"Serta seperti apa transkripsi percakapan saya itu - ditambah atau dikurangi," terang SBY.
Oleh karena itu, SBY pun menjadi sangat hemat saat berbicara di telepon.
"Bisa satu menit, atau paling banyak tiga menit. Kalau lebih dari itu, biasanya saya memilih untuk bertemu secara langsung," ungkap SBY.
SBY berpendapat, seharusnya praktik semacam itu sudah ditinggalkan.
Alasannya, menyadap pembicaraan orang yang bukan penjahat, adalah sebuah tindak kejahatan.
Tidak hanya itu, SBY juga mengaku sebenarnya dia sudah tahu siapa yang menyadapnya.
"Sebenarnya saya mengerti siapa yang melakukan penyadapan telepon saya itu, tetapi biarlah sejarah yang mengadabikannya," tandas SBY.
Pengakuan SBY Soal Capres yang Menggebu-gebu Obral Janji
Selama menjabat sebagai presiden dari tahun 2004 hingga 2014, SBY bertemu banyak tokoh penting.
Ada sejumlah tokoh yang tampaknya cukup berkesan bagi SBY.
Termasuk tokoh-tokoh yang yang maju dalam pilpres.
Terkait hal itu, SBY menuliskannya dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
Dalam buku itu, SBY mengomentari janji seorang calon presiden (capres) pada Pilpres 2014 lalu.
Menurutnya, menjelang pemilu 2014 lalu, dia menyaksikan di televisi maupun billboard, tentang adanya seorang capres yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji.
"Menjelang Pemilu 2014, baik melalui televisi maupun billboard, ada seorang calon presiden yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji bahwa jika ia terpilih menjadi presiden pada tahun 2014 mendatang, Indonesia akan bersih dari korupsi," tulis SBY dalam buku itu.
SBY menganggap, kata-kata dan janji capres tersebut luar biasa.
"Secara implisit yang bersangkutan menuding yang lain tidak bersih, dan seolah hanya partai dan dirinyalah yang bersih," ungkap SBY.
Selain itu, SBY juga merasa khawatir.
"Maaf, melihat tayangan dan janji yang amat berlebihan itu saya hanya khawatir jika yang bersangkutan tidak bisa menepati janjinya. Terus tersang saya juga kurang yakin apakah Indonesia akan berubah seketika, terutama bebas dari kejahatan korupsi, apabila tokoh itu menjadi presiden mendatang," ucap SBY.
SBY juga berharap agar masyarakat tidak terkecoh dengan janji-janji semacam itu.
"Mudah-mudahan rakyat tidak terkecoh dengan janji-janji yang amat berlebihan itu," tandas SBY. ( Januar Adi Sagita )
http://jatim.tribunnews.com/amp/2019/04/12/pengakuan-sby-yang-sering-disadap-tak-pernah-telepon-lebih-dari-3-menit-hingga-tahu-sosok-pelakunya?page=all