Gunungkidul
Unik, Seragam Batik di SMP 3 Playen ini Motifnya Dibuat Siswa Sendiri
Unik, Seragam Batik di SMP 3 Playen ini Motifnya Dibuat Sesuai Keinginan Siswa
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribunjogja Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - "Teng..teng..teng," suara lonceng jam istirahat di SMP 3 Playen berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar untuk beristirahat.
Para siswa keluar dengan mengenakan seragam batik.
Namun ada yang berbeda pada seragam batik yang dikenakan para siswa dan siswi SMP 3 Playen.
Corak dan warna batik yang mereka gunakan berbeda satu dengan yang lainnya.
Kebanyakan seragam batik yang mereka kenakan berwarna dasar biru, ada beberapa seragam yang dasar warnanya hijau, merah, dan juga ungu dengan bermacam-macam corak seperti bunga dan motif daun.
Batik yang dikenakan oleh siswa-siswa tersebut mempunyai keunikan masing-masing.
Para siswa dibebaskan untuk mendesain corak dan mengkombinasikan warna sesuai dengan karakter mereka.
Motif-motif bunga banyak dibuat oleh siswa perempuan dengan warna merah muda sedangkan laki-laki beberapa membatik bunga tetapi dengan warna yang lebih gelap seperti hijau tua.
Batik seragam hasil desain siswa tersebut sudah mulai dikenakan sejak 5 tahun silam tepatnya pada tahun 2014.
Ide awal membuat seragam batik ini berawal saat Yogyakarta dinobatkan sebagai salah satu kota batik di Indonesia.
Pihak sekolah pun merespon hal tersebut untuk membuat aturan seragam batik dengan hasil karya siswa sendiri.
Sejak itu batik masuk kedalam kurikulum SMP 3 Playen, pelajaran batik diajarkan sejak mereka kelas satu.
Guru Seni Budaya, Agus Supriyono (56) menuturkan siswa baru membutuhkan waktu 4 bulan untuk menyelesaikan satu baju seragam siswa.
Siswa masih kesulitan untuk menorehkan malam dengan menggunakan canting di atas kain.
"Jadi urutan sesuai kurikulum siswa diajarkan mulai dari gambar bentuk dan gambar hias. Sampai pada tahapan hias tersebut siswa diajarkan menghias di berbagai media satu di antaranya adalah kain, nah kain kita utamakan karena sekolah berkenaan hari Rabu anak-anak mengenakan batik dengan karyanya sendiri. Saat menggambar pada media kertas karyanya bagus tetapi saat menggambar pada kian mereka kesulitan," katanya.
Agus menuturkan untuk membuat satu seragam ini menghabiskan biaya Rp 110 ribu akan tetapi pihak sekolah memberikan subsidi melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp 20-30 ribu.
"Jadi sekolah memberikan selebaran dari selebaran tersebut berisi bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam membat batik mulai dari canting, malam, pewarna, kompor. Mereka nanti iuran ke bendahara kelas," ujarnya.(
Siswa membatik pada baju putih yang sudah jadi karna jika menggunakan kain mori putih akan memakan banyak waktu. Dengan menggunakanmedia kain yang sudah jadi baju dapat mempersingkat waktu dalam pembuatan batik.
"Pengalaman awal-awal pakai kain tetapi memakan waktu lama dan ketika memakai kain lalu dijahit banyak motif yang mereka inginkan pad baju terpotong. Untuk warna kami tidak menggunakan naptol tetapi menggunakan remasol karena lebih simpel penggunaannya," Katanya.
Ia mengatakan warna biru sebagai dasar batik karena merupakan warna dasar dari logo SMP N 3 Playen.(tribunjogja)