Sains

Apa Perbedaan Virus Dengue Dulu dan Saat Ini?

Dia menambahkan, hal itu karena ada teori kompensasi di mana virus harus "mengatur" virulensinya supaya tidak membunuh inangnya.

Editor: Ari Nugroho
AFP PHOTO/MARVIN RECINOS
Ilustrasi: Nyamuk Aedes Aegypti. 

TRIBUNJOGJA.COM - Virus dengue ternyata juga berevolusi secara alami sama halnya seperti organisme.

R. Tedjo Sasmono, peneliti senior nyamuk dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kemenristekdikti mengatakan, hal itu merupakan salah satu ciri virus RNA yang cepat mengalami mutasi.

"Akan tetapi mutasi virus dengue tidak selalu menyebabkan virulensi," ujar Tedjo melalui surel kepada Kompas.com, Selasa (29/1/2019).

Baca: Kenali Penyakit Demam Berdarah Dengue: Penyebab, Gejala dan Pencegahannya

Dia menambahkan, hal itu karena ada teori kompensasi di mana virus harus "mengatur" virulensinya supaya tidak membunuh inangnya.

Apabila banyak inang yang mati, maka penyebaran virus itu sendiri akan terhambat.

Virulensi virus dengue karena variasi genetik sebelumnya pernah dilaporkan di Amerika Latin saat terjadi introduksi virus dengue dari Asia ke daerah tersebut.

Wabah yang terjadi saat itu menyebabkan keparahan penyakit di Amerika Latin.

"Namun sejauh pengetahuan kami yang meneliti genetika virus dengue di Indonesia, kami belum berhasil menemukan mutasi virus dengue yang menyebabkan meningkatnya keparahan penyakit di Indonesia," imbuh Tedjo.

Dr Syahribulan, M.Si., peneliti nyamuk dari Departemen Biologi Universitas Hasanuddin menambahkan, saat ini virus dengue yang dikenali ada empat strain, yakni Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4.

Infeksi salah satu strain atau serotipe akan menimbulkan antibodi serotipe lain berkurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai.

Sayangnya, orang yang tinggal di lingkungan endemik dengue dapat dengan mudah terinfeksi tiga atau empat serotipe sepanjang kehidupan.

"Kalaupun ada strain baru (Den-5) di alam, (keberadaannya) belum terungkap," kata Syahribulan melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Rabu (30/1/2019).

Apakah gejalanya berbeda?

Meski berevolusi, gejala keparahan penyakit dengue pada dasarnya sama seperti di masa lalu.

"Mungkin memang jumlah pasien parah lebih banyak, namun secara klinis seharusnya akan sama gejalanya, hanya mungkin tingkat keparahan akan lebih tinggi," terang Tedjo.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved