Bantul
Pariyem Panen Serai dari Halaman Sendiri, Laku Dijual Hingga 700 Ribu
Memanfaatkan pekarangan rumah untuk berkebun ternyata dapat mendatangkan keuntungan.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Memanfaatkan pekarangan rumah untuk berkebun ternyata dapat mendatangkan keuntungan.
Pariyem, warga Dusun Butuh, Patalan, Jetis, Bantul giat berkebun di halaman rumahnya ini dapat memanen rejeki dari hasil ia menanam serai.
Ditemui Tribun Jogja Senin (14/1/2018) sore, Pariyem tengah sibuk menyiangi rumput-rumput liar di pekarangan rumahnya.
Tampak berbagai macam tanaman di pekarangan yang terletak di tepi sawah tersebut.
Salah satu yang menarik perhatian yakni tanaman serai yang rimbun di satu sisi.
Pariyem pun mengisahkan, awalnya ia hanya menanam serai untuk konsumsi sehari-hari saja.
Namun, belum lama ini ia mengetahui bahwa harga serai di pasaran sedang tinggi.
Lantas ia pun memperbanyak menanam serai di pekarangannya yang cukup luas tersebut.
Baca: Dewan Atsiri Fokus Kembali Tingkatkan Produksi Serai Wangi
"Awalnya cuma buat dipetik sehari-hari. Buat masak sendiri," kata wanita yang sudah menginjak lansia ini. Lanjutnya, ia pun memperbanyak menanam serai untuk nantinya dijual ke pasar.
"Kemarin sekilonya 13-15 ribu," tuturnya. Terakhir, ia dapat memanen sekitar 50-60 kilogram serai dari pekarangannya sendiri. "Dapatnya 700 ribu untuk 50 kilo," tambahnya.
Pariyem menyebut, saat ini serai banyak dicari karena kebutuhan serai di Yogyakarta untuk kafe atau restoran cukup tinggi.
Ia pun memanfaatkan peluang tersebut untuk menanam serai.
Terlebih, menurut Pariyem, menanam serai itu sangat mudah.
"Gampang sekali, tinggal dirabuk urea. Kalau hujan begini tinggal dibiarkan saja nanti tumbuh sendiri," jelasnya.
Butuh waktu sekitar empat bulan sebelum serai layak dipanen.
"Ya sekitar empat bulan nanti dipanen. Tapi ndak semua saya jual, saya sisihkan juga untuk bibit ditanam lagi," ujarnya.
Baca: Teh Serai, Minuman Kaya Manfaat Bagi Tubuh, Begini Cara Mudah Membuatnya
Selain serai, Pariyem juga menanam berbagai macam sayur dan buah.
Pepaya, pisang, cabai, hingga singkong lengkap memenuhi lahan sekitar rumahnya seluas sekitar dua hektare.
"Itu ada pepaya California, ada lombok juga," katanya sambil menunjuk tanaman cabai yang tampak berbuah.
Tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Butuh, apa yang dilakukan Pariyem ini menginspirasi anggota KWT lainnya.
Ketua KWT Dusun Butuh, Wahyuningsih mengatakan, ada beberapa anggota lain yang turut menanam serai.
"Ada yang ikut menanam, tapi tidak sebanyak di tempat Bu Pariyem. Karena kan lahannya terbatas," jelasnya. "Paling hanya ditanam sedikit. Ada juga yang ditanam di pinggir sawah," sambungnya.
Ia berharap, para anggota KWT dapat produktif bercocok tanam paling tidak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri.
Apa yang dilakukan Pariyem menurutnya hal yang cukup bagus karena dapat dijual untuk tambahan ekonomi keluarga.
"Bagus untuk tambahan ekonomi," katanya.
Sementara itu, Lurah Desa Patalan, Sayudi mengatakan pihaknya tengah menggalakkan KWT di tiap dusun.
Ia menargetkan 20 dusun memiliki KWT.
"Saat ini baru ada lima. Targetnya 2019 ini ada 20 dusun," jelasnya.
Sementara ini KWT baru ada di Dusun Sulang Kidul, Dusun Patalan, Dusun Tanjung Karang, Dusun Bakulan, dan Dusun Butuh.
"Ada dua dusun lagi yang sudah siap dibentuk KWT," tuturnya.
Pihaknya secara khusus juga telah menganggarkan APBDes untuk KWT.
"Kami anggarkan di APBDes untuk pembentukan KWT," ungkapnya.
Bahkan ia ingin tanaman serai dapat terus dibudidayakan di kalangan KWT.
"Menanamnya kan mudah dan laku, tidak setiap hari menyiram. Bisa dijadikan komoditas," katanya.(TRIBUNJOGJA.COM)