PSS Sleman
CEO PT PSS Sleman Tegaskan Timnya Tidak Terlibat Pengaturan Skor
CEO PT Putra Sleman Sembada, Soekeno menegaskan PSS sama sekali tidak terlibat dalam kasus pengaturan skor.
TRIBUNJOGJA.COM - Tiket promosi yang digenggam PSS Sleman, setelah menjuarai Liga 2 2018 lalu terancam dicabut andai terbukti terlibat dalam skandal match fixing.
Namun, jika hal itu terjadi, PT Putra Sleman Sembada, siap membawanya ke ranah hukum.
CEO PT Putra Sleman Sembada, Soekeno menegaskan PSS sama sekali tidak terlibat dalam kasus pengaturan skor.
Pasalnya, sejak jauh-jauh hari, sebelum kompetisi digulirkan, pihaknya sudah mempersiapkan tim yang dianggap siap mencapai target promosi.
"Jadi, kalau sampai tiket promosi PSS dibatalkan, kami mempertimbangkan untuk melanjutkannya ke ranah hukum," tambahnya pada Tribunjogja.com, Sabtu (5/1/2019).
Baca: Rasakan Iga Sapi Jumbo Bumbu Khas Bali di The Captain Resto
Bagaimana tidak, lanjut Soekeno mulai kisaran bulan Desember 2016, hingga Januari 2018 silam, PSS telah memulai perburuan pemain bintang.
Ya, sebut saja Rangga Muslim, Ichsan Pratama, Rifal Lastori, Arie Sandy, Ega Rizky, hingga Cristian Gonzales.
"Saat kompetisi belum bergulir, kami sudah siapkan skuat yang handal. Jadi, tidak terpikir oleh kami, untuk mainkan skor. Kenyatannya, tim kami ini adalah tim termahal di Liga 2 musim lalu, kenapa harus mengatur skor," tuturnya.
Manajer PSS, Retno Supardjiono yang baru ditunjuk per Kamis (3/1/2019) silam, mengaku tidak bisa berkomentar mengenai ancaman tersebut.
Pasalnya, sebagai orang baru, dirinya memilih untuk mencurahkan fokusnya pada persiapan jelang bergulirnya Liga 1 2019.
Baca: PSS Sleman Siap Tempuh Jalur Hukum Bila Status Promosinya Dicabut
"Kebetulan juga, itu ranahnya manajemen lama. Di sini, saya sebagai manajer baru, hanya ingin fokus ke depan, persiapkan tim untuk Liga 1, lalu menyiapkan diri untuk kongres PSSI, 20 Januari nanti," katanya.
Sementara itu, mantan manajer PSS Sleman, Sismantoro, mengaku siap untuk bersikap kooperatif dengan memberikan keterangan kepada Satgas Antimafia Bola andai dirinya mendapatkan panggilan untuk bersaksi.
Hal itu dilakukan karena Sismantoro ingin sepak bola Indonesia lebih baik.
"Demi sepak bola Indonesia yang lebih baik, saya siap dipanggil. Saya tegaskan kembali bahwa saya tidak tahu menahu soal pengaturan skor," ungkap Sismantoro, Sabtu (5/1/2019).
Pria yang akrab disapa Pak Sis ini pun menampik Elang Jawa terlibat praktik lancung tersebut.
Sismantoro menegaskan PSS Sleman merupakan tim yang memang unggul secara kualitas.
Oleh karena itu, mereka sukses merengkuh gelar juara Liga 2 2018 dan promosi ke Liga 1 2019.
"Saya terjun di dunia sepak bola ini baru dalam hitungan bulan. Sekarang mau orang berkata apa pun tentang Sleman (PSS Sleman), kami telah membuktikan di lapangan," ucapnya.
"Bagaimana kami bisa menang karena memang unggul secara permainan, dan saya pun tahu sendiri bagaimana kerja keras dan perjuangan anak-anak di lapangan," imbuhnya.
PSS sendiri tersangkut dugaan pengaturan skor, setelah Satgas Anti Mafia Bola beberapa waktu lalu memanggil manajer Madura FC, Januar Herwanto.
Pemanggilan itu, terkait adanya tawaran suap oleh anggota Executive Committee (Exco) PSSI, Hidayat.
Suap yang dimaksud, ditujukan untuk mengatur laga PSS kontra Madura FC, pada putaran pertama fase grup Wilayah Timur Liga 2 2018, awal Mei lalu.
Namun, Sismantoro pribadi mengaku terkejut dengan hal itu, lantaran ia merupakan orang baru di sepakbola.
"Saya mau menanggapi gimana lagi, wong saya ini anak kemarin sore. Saya pun kaget, memang bisa ya gol diatur dalam pertandingan? Saya kan baru tahun ini jadi manajer. Saya di dunia sepakbola baru dalam hitungan bulan," ungkapnya.
Sebelumnya, CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB) Tigor Shalom Boboy mengungkapkan bahwa status tim promosi yang disandang PSS bisa saja dicabut oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, seandainya benar-benar terlibat dalam kasus pengaturan skor di Liga 2 musim lalu.
"Hukuman itu bisa saja muncul dari kepolisian, entah apakah tindak pidana yang dilakukan oleh mereka," cetusnya. (*)