Fakta di Balik Gunung Semeru Bertopi Kabut: Tak Terkait Mistis, Ini Penjelasan Ahli

Fenomena awan berbentuk mirip caping di puncak Gunung Semeru memang menarik untuk diamati. Fenomena tersebut biasa tetapi memang jarang terjadi.

Editor: iwanoganapriansyah
IST/BB-TNBTS
Puncak Gunung Semeru atau Mahameru di Kabupaten Lumajang, tertutup awan seperti bertopi Senin (10/12/2018). 

TRIBUNJOGJA.COM - Fenomena awan berbentuk mirip caping di puncak Gunung Semeru memang menarik untuk diamati. Ahli mengatakan, fenomena tersebut biasa tetapi memang jarang terjadi.

Perubahan pergerakan angin di puncak Semeru membuat awan melingkar dan agak melengkung tepat di atas puncak.

Fenomena tersebut pun menjadi viral di media sosial, apalagi petugas terkait menegaskan fenomena tersebut tidak menganggu jalur pendakian.

Berikut ini sejumlah fakta terkait fenomena awan di puncak "Para Dewa"

1. Penjelasan Fenomena Awan

Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarif Hidayat mengatakan, fenomena di hari Senin (10/12/2018) adalah fenomena biasa, tetapi jarang terjadi.

Jejak salju yang ditemukan di puncak Gunung Semeru
Jejak salju yang ditemukan di puncak Gunung Semeru ()

"Kejadiannya pada Senin kemarin tanggal 10 Desember 2018. Merupakan fenomena alam biasa yang jarang dan langka terjadi. Secara umum diduga karena adanya perubahan atau pergerakan angin di Puncak Semeru," katanya, Selasa (11/12/2018).

"Tapi secara pasti apa yang terjadi belum bisa disampaikan sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut oleh pihak yang berkompeten," katanya.

Sementara itu, pada bulan April 2018, puncak Semeru juga membuat heboh dengan munculnya jejak kaki mirip salju.

2. Tidak Terkait Mistis

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, fenomena itu terjadi lantaran tertutup awan lentikularis atau altocumulus lenticularis.

Awan tersebut terbentuk karena pusaran angin di puncak.

"Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, bertopi. Puncak gunung tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak," tulis Sutopo dalam akun instagramnya, @sutopopurwo.

Sutopo menyampaikan, fenomena itu merupakan fenomena biasa dan pernah dialami oleh puncak gunung lainnya. "Tidak usah dikaitkan dengan mistis, tanda akan akan ada musibah, politik, atau jodoh seret," imbuhnya.

3. Jalur Pendakian Tetap Dibuka

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie mengatakan, pendakian menuju puncak para dewa itu tetap dibuka seperti biasanya.

"Betul Mas. ( Pendakian) lancar dan landai - landai saja mas," katanya melalui pesan tertulis, Selasa (11/12/2018).

John mengatakan, adanya fenomena Puncak Semeru 'bertopi' itu tidak berpengaruh terhadap aktivitas pendakian di gunung dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut itu.

John mengatakan, rencana penutupan jalur pendakian akan dilakukan pada Januari 2019 untuk pemulihan ekosistem seperti yang dilakukan sebelum - sebelumnya. "Kemungkinan Januari rencana ditutupnya," katanya.

4. Fenomena Serupa

Sutopo menyampaikan telah menjelaskan, fenomena di Puncak Semeru adalah fenomena biasa dan pernah dialami oleh puncak gunung lainnya.

"Ini fenomena alam biasa saja. Beberapa gunung pernah mengalami hal yang sama. Tergantung dinamika atmosfer lokal," katanya.

Sementara itu, dalam kondisi tertentu, fenomena pergerakan angin akan sangat berbahaya bagi pendakian. Para pendaki rentan terkena hyphotermia karena sangat dimungkinkan cuaca sangat dingin. (Andi Hartik/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved