Gunungkidul

Petilasan Mbang Lampir Gunungkidul, Tempat Pertapaan yang Kerap Dikunjungi Caleg Hingga Peserta CPNS

Oleh warga sekitar, Petilasan Mbang Lampir memang disebut-sebut kerap didatangi oleh orang-orang yang ingin berziarah.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Wisang Seto Pangaribowo
Gerbang depan petilasan Mbang Lampir di Dusun Blimbing, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Sebuah petilasan atau tempat pertapaan biasanya identik dengan hal-hal berbau mistik dan sesuatu yang keramat.

Satu di antaranya adalah petilasan Mbang Lampir yang berlokasi di Dusun Blimbing, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

Baca: Harappa, Kota Moderen Masa Lalu yang Ditinggalkan Penduduknya karena Perubahan Iklim

Oleh warga sekitar, tempat ini memang disebut-sebut kerap didatangi oleh orang-orang yang ingin berziarah.

Tak terkecuali saat memasuki tahun politik seperti saat ini.

Petilasan yang terletak tak jauh dari jalan raya Panggang-Baron ini sering didatangi oleh para calon legislatif (caleg) yang akan berkompetisi pada Pemilu 2019 mendatang.

Tidak hanya caleg, tempat ini juga disebut-sebut banyak dikunjungi oleh peserta seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

Menurut keyakinan warga sekitar, siapa yang datang dan memanjatkan doa disana keinginannya akan dapat terkabul.

Juru kunci petilasan Mbang Lampir, Trisno Sumarto, mengatakan pada tahun-tahun politik menjelang Pemilu, memang tempat tersebut sering sekali didatangi oleh caleg yang berkompetisi pada Pemilu, intensitas kunjungannya pun tak mengenal waktu.

"Mereka datang jam berapa saja, bahkan ada yang datang jam 03.00 pagi. Saat datang memang ada syaratnya, yaitu harus membawa bunga, rokok, dan dupa," katanya saat ditemui Tribunjogja.com, Kamis (22/11/2018).

Menurutnya, tidak hanya caleg saat pendaftaran dan seleksi CPNS beberapa waktu lalu tempat pertapaan ini juga banyak didatangi oleh para peserta seleksi.

"Caleg dan CPNS yang datang tidak hanya dari Gunungkidul, tetapi banyak dari berbagai daerah seperti Magelang, Jombang, Banyuwangi," imbuhnya.

Bahkan, tambah Trisno, petilasan tersebut juga kerap dikunjungi para menteri pada era orde baru.

"Mereka memanjatkan doa disini, tujuannya agar dapat tercapai dan keinginannya dapat terkabul. Doa tetap dipanjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, disini sebagai lantaran (perantara) saja," papar dia.

Ia mengatakan waktu untuk melakukan pertapaan satu dengan lainnya berbeda-beda, ada yang hanya satu jam bahkan terlama ada yang pernah bertapa selama 50 hari.

"Ada yang pernah bertapa 50 hari, dan itu hanya makan beberapa kali saja. Yaitu 20 hari pertama makan mie instan dan telur, makan kedua hari ke 20 hari sama menunya. Serta 10 hari juga sama menu makannya, hari ke 50 dirinya disuruh pulang," bebernya.

Diceritakannya, tempat ini mulai dipugar pada tahun 1977 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX.

Pada saat gempa mengguncang Yogyakarta beberapa tahun silam, pertapaan ini mengalami sedikit kerusakan dan banyak bangunan yang retak.

Lalu pada 2011, bangunan yang mengalami retak mulai diperbaiki oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Baca: Pria AS Tewas Dipanah Suku Sentinelese, Survival Internasional Salahkan Pendatang

Jalan menuju pertapaan ini adalah dari jalan raya Panggang-Baron sekitar 1 km dan sudah beraspal, pertapaan Kembang Lampir berada di perbukitan di Padukuhan Blimbing.

Kondisinya pun terbilang sangat terawat dengan baik, serta dilengkapi tempat juru kunci dan fasiltas lainnya seperti WC/toilet.

Untuk menuju tempat pertapaan, para peziarah harus naik tangga ke atas.

Sesampainya disana, peziarah akan menemui batu yang berada di tengah-tengah petilasan dikelilingi pembatas yang terbuat dari kayu. (*/wisang seto pangaribowo)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved