Putul Goreng Gunungkidul, Hama Tanaman yang Diburu untuk Dikonsumsi
Putul adalah serangga berbentuk seperti kumbang. Dia sering terdapat di dedaunan pohon pisang saat musim penghujan datang
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Iwan Al Khasni
Putul adalah serangga berbentuk seperti kumbang. Dia sering terdapat di dedaunan pohon pisang saat musim penghujan datang, namun meski dianggap hama masyarakat
Gunungkidul memburu serangga tersebut untuk dijual maupun dikonsumsi pribadi.
Laporan Reporter Tribunjogja.com | Wisang Seto Pangaribowo
SATU diantara adalah Sumaryanto (27) warga dusun Pengos, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, saat memasuki musim penghujan dirinya bersama warga
lainnya mencari putul.
Putul sering muncul pada sore hari menjelang malam karena pada waktu tersebut putul keluar dari sarangnya untuk mencari makanan.
Sumaryanto mengatakan untuk mendapatkan putul sangatlah mudah, dalam kurun waktu satu jam dirinya sudah dapat mengumpulkan banyak putul.
Saat mencari dirinya hanya menggunakan alat sederhana yaitu berupa botol plastik bekas air mineral, dan satu buah lampu senter untuk penerangan.
"Saat putul keluar tinggal diambil saja biasanya putul berada di pohon pisang, kalau kesulitan biasanya pohon digoyangkan agar putul terjatuh dan tinggal memasukkan
kedalam botol," paparnya.
Ia menuturkan dalam sekali pencarian bisa mendapatkan putul satu penuh botol air mineral berukuran 1,5 liter.
"Ya saat mudah dicari ya bisa satu hingga tiga botol air mineral putulnya, kalau pas sulit tidak sampai satu botol air mineral putulnya," katanya.
Sumaryanto mengatakan selain dikonsumsi putul juga mempunyai nilai ekonomi sendiri dimata warga Gunungkidul, satu botol penuh bisa ia jual seharga Rp 40 ribu.
"Kalau tangkapannya banyak dijual kalau tidak ya dikonsumsi sendiri," imbuhnya.
Baca: Kuliner Unik Yogyakarta, Kamu Pilih Belalang Goreng atau Jangkrik?
Ia mengatakan harga putul mahal karena hanya keluar saat musim-musim tertentu, warga Gunungkidul juga menyukai karena rasanya yang gurih.
Warga lain yang mencari putul adalah Rudi (30) warga Dusun Singkil, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul dirinya juga ikut serta mencari putul,
berbeda dengan Sumaryanto Rudi mencari hanya untuk dikonsumsi pribadi.
"Mencari putul hanya untuk mengisi waktu luang saja, rasanya enak seperti belalang biasanya saya goreng, putul juga mempunyai protein tinggi," katanya.
Menurutnya selain untuk dikonsumsi mencari putul sendiri merupakan cara untuk mengurangi hama tanaman padi, mengingat putul ini merupakan cikal bakal dari uret (ulat
kecil-kecil) yang menyerang akar tanaman padi.
"Dari uret tersebut kan jadi kepompong lalu dari kepompong berubah menjadi putul, jadi mencari putul ini sama saja untuk mengurangi hama tanaman padi, selain itu juga
bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Terpisah Ahli pertanian Gunungkidul Sugeng Raharjo mengatakan putul merupakan hama padi dan juga hama jagung, menjadi hama saat masih berbentuk uret yang memakan
akar-akar tanaman.
"Putul nanti bertelur, telur nanti diletakkan di permukaan atau diantara bebatuan nanti ketika menetas akan memakan akar-akar tanaman, uret itu larvanya," tutupnya.
Sementara itu Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan gerakan penangkapan putul atau sering disebut dengan
nyuluh putul, adalah untuk pengendalian uret.
"Umur putul hanya 6 hingga 7 hari setelah kawin dan meletakkan telurnya di tanah gembur putul akan mati,sehingga upaya pencegahan uret adalah dengan menangkap putul
yang belum sempat kawin dan bertelur," katanya. (TRIBUNjogja.com)