Cerita dari Mayor Yudha, Putra Srandakan yang Jalankan Misi PBB di Daerah Konflik Sudan
Seorang perwira TNI AU kelahiran Srandakan, Bantul, membagi pengalaman tugas internasional pertamanya di Sudan Selatan.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Namun selama misi PBB ini berlangsung belum ada koordinasi yang nyata dari kedua pihak tersebut, bahkan PBB belum bisa masuk ke markas besar Tiger Division.
Berkat komunikasi LO NJOC, akhirnya kedua komandan dapat bertemu guna melaksanakan koordinasi dan merancang kegiatan ke depan.
Selain itu LO NJOC juga berhasil menghubungkan antara RPF dengan Markas Besar SPLA dan bisa dibilang orang pertama dari UNMISS yang bisa masuk ke SPLA HQ di Billpam.
Setelah itu banyak permintaan dari para pejabat UNMISS untuk dihubungkan dengan para pejabat baik sipil atau militer yang berada di Juba.
Selain itu apabila ada konflik atau perseteruan antara pasukan PBB dan pasukan setempat baik itu pemblokiran jalan saat patroli, incident report, SOFA violation dan tindakan kejahatan, LO NJOC harus segera berkoordinasi dengan pihak terkait dan mencari solusi.
Alumus Akademi Angkatan Udara (AAU) 2004 tersebut mendapatkan medali penghargaan pasukan perdamaian karena dianggap berhasil melaksanakan tugas sebagai pasukan penjaga perdamaian di negara berkonflik itu.
Selain itu juga pemerintah Sudan Selatan memberikan memberikan medali penghargaan atas kontribusinya dalam mendukung proses perdamaian di Sudan Selatan dan selama bertugas di NJOC.
Yudha berharap ke depan kondisi keamanan di Sudan Selatan semakin membaik sehingga pembangunan demi kesejahteraan masyarakan Sudan Selatan dapat terwujud.
Putra Bantul ini sebelumnya tidak berpikir sama sekali akan turut berkontribusi di dunia internasional untuk bidang perdamaian.
Dia menyelesaikan pendidikan SD Mangiran, SLTP di Srandakan dan SMA Negeri I Teladan Yogyakarta, serta S1 Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi TNI AL (STTAL).(Tribunjogja.com/*/ xna)