Inspirasi
Ubah Limbah Jadi Rupiah di Bank Sampah Induk Gemah Ripah
Bank Sampah Induk Gemah Ripah, yang terletak di jalan Urip Sumoharjo, Badegan RT 12, Bantul.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Iwan Al Khasni
Masalah sampah memang tak pernah ada habisnya. Identik dengan kotor, bau dan tempat munculnya berbagai macam penyakit. Apalagi sampah plastik, logam, besi dan kaca yang sulit diurai oleh tanah. Jika dibuang sembarangan, bisa menjadi limbah yang berbahaya.
Tribunjogja.com | Ahmad Syarifudin
DIBALIK kotornya limbah sampah, di Kabupaten Bantul, sampah-sampah itu justru bisa ditabung dan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Langkah itu dilakukan oleh Bank Sampah
Induk Gemah Ripah, yang terletak di jalan Urip Sumoharjo, Badegan RT 12, Bantul.
Menariknya, para pengumpul sampah di tempat ini diberikan buku tabungan selayaknya nasabah pada bank Konvensional.
"Sistemnya memang kita mengadopsi seperti bank konvensional. Bedanya kalau bank pada umumnya nabung pakai uang, namun disini yang ditabung adalah sampah," kata
pengelola Bank Sampah Induk Gemah Ripah, Rojihan, ditemui Tribunjogja.com, Jum'at (10/8/2018)
Proses penghitungannya, dijelaskan Rojihan, sampah yang dibawa nasabah akan ditimbang, kemudian dicatat dan langsung di hargai dengan harga yang sudah ditetapkan.
Uang dari hasil penjualan sampah tersebut nanti akan dicatat ke buku tabungan nasabah. Uang tabungan itu akan terus bertambah sesuai rajin tidaknya nasabah menabung.
"Syaratnya memang sampah yang dibawa nasabah kesini harus dalam posisi di pilah antara organik dan anorganik," ungkap dia.
Rojihan menjelaskan, sampah-sampah yang ditabung oleh nasabah, nantinya akan diambil oleh mitra pengepul yang sudah menjadi langganan bank sampah.
Sampah yang masuk akan disesuaikan jenisnya. Semisal sampah kaca, besi dan botol akan bermuara ke pabrik untuk di daur ulang. Sedangkan sampah kertas dan plastik akan
dibuat menjadi aneka macam kerajinan.
"Sampah dengan jenis organik nantinya akan diolah menjadi pupuk kompos yang bisa dipakai warga maupun pihak pengelola, untuk kesuburan tanaman," terang dia.
Bank sampah induk ini memiliki motto 'Dengan memilah dan menabung sampah, hidup lebih bersih dan hari esok lebih baik'.
Meskipun bergelut di dunia sampah, kantor bank sampah induk gemah Ripah ini nyaman. Tempatnya cukup bersih.
Selain menjadi tempat pengumpulan sampah, ditempat ini juga menjadi tempat penjualan aneka macam pernak-pernik kerajinan yang terbuat dari sampah.
Ada vas bunga kecil, sandal plastik, tempat tisu, tempat buah, celengan hingga tas yang semuanya terbuat dari limbah sampah.
Rojihan bercerita, bank sampah gemah Ripah Bantul kali pertama di dirikan tahun 2008 oleh Bambang Suwerda SST, Msi yang juga merupakan pencetus pertama bank sampah di
Indonesia.

Awal mula pendirian bank sampah karena keprihatinan, melihat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan.
"Sampah banyak dibuang sembarangan. Mengapa tidak dimanfaatkan menjadi kreasi kerajinan. Akhirnya tercetus ide untuk membuat bank sampah, menampung sampah-sampah dari
keluarga," terang dia.
Awal mula berdiri, tahun 2008, diakui Rojihan, banyak masyarakat yang masih enggan bergabung dan lebih memilih sampah itu dibuang daripada ditabung.
Lambat laun, berjalannya waktu, sedikit demi sedikit akhirnya banyak warga yang mulai sadar dan menerima manfaat dari adanya bank sampah. Mereka kemudian jadi nasabah
tetap.
Saat ini tercatat sudah ada 1377 orang yang tergabung menjadi nasabah bank sampah induk gemah ripah. "Mereka ada yang dari desa sekitar, Imogiri, Sewon, Sleman bahkan
Kulon Progo," ungkap dia.
Untuk bisa gabung menjadi nasabah bank sampah ini, dijelaskan Rojihan, prosesnya sangat mudah. Calon nasabah tinggal mengisi formulir, meliputi nama, alamat dan
tanggal lahir kemudian mengisi alasan ikut menjadi anggota bank sampah.
Setelah mengisi formulir calon nasabah akan dibuatkan buku tabungan selayaknya buku tabungan bank.
"Di buku tabungan itu semua sampah yang disetorkan akan tercatat sesuai nominal uang yang didapatkan," jelas Rojihan. (tribunjogja.com)