Pendidikan

Ratusan Siswa Baru SMKN 1 Pundong Berbusana Adat dan Bermain Aneka Permainan Tradisional

Penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di SMKN 1 Pundong, Rabu (18/7/2018) dikemas dengan cara yang seru dan unik.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Mengenakan pakaian adat jawa, para siswa tengah asyik bermain permainan tradisional di SMKN 1 Pundong, Rabu (18/7/2018). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di SMKN 1 Pundong, Rabu (18/7/2018) dikemas dengan cara yang seru dan unik.

Guru dan sebanyak 256 siswa terlihat datang ke sekolah dengan mengenakan busana adat.

Baca: SMPN 3 dan SMPN 4 Prambanan Masih Kekurangan Siswa Didik

Lengkap dengan kain lurik dan blangkon di kepala.

Berbusana adat jawa, mereka terlihat asyik bermain aneka macam permainan tradisional.

Sepanjang lorong sekolah, ada yang bermain Dakon, Bekelan, kreasi sudi takir, Janur hingga mengemas wiru kain jarik.

Sementara di lapangan, ratusan siswa lain bermain Balap Pelg, Balap Cengkir, Gejog Lesung hingga Ula-ula Banyu.

Meskipun terlihat sederhana, namun nyatanya para siswa ini harus belajar berulang kali untuk dapat memainkan permainan tradisional ini.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mengenalkan kepada para siswa akan pentingnya mengenal budaya bangsa sendiri.

"Anak-anak saat ini banyak yang lebih sering memainkan permainan yang sifatnya modern. Kalau tidak dikenalkan dengan budaya bangsa sendiri, kami khawatir kebudayaan lokal akan hilang," kata Waka Kesiswaan SMKN 1 Pundong, Sutapa Spd, ditemui Tribunjogja.com di lokasi, Rabu (18/7/2018).

Ia menuturkan, pengenalan budaya lokal kepada siswa ini sejalan dengan program yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan DIY yang menargetkan Yogyakarta tahun 2022 menjadi pusat pendidikan berbasis budaya di Asia Tenggara.

Baca: Liga Mahasiswa Basketball Regional DIY-Jateng Resmi Bergulir Mulai Hari Ini

Sebab itu, melalui pengenalan budaya lokal ini diharapkan bisa menanamkan karakter dan kecintaan kepada bangsa sendiri.

"Kami bekali dengan pengenalan budaya dan pengembangan karakter juga kami tekanan, melalui gerakan ke sekolah membawa bekal makanan sehat non pabrikan," terangnya.

Hilangkan Kesan Perpeloncoan

Disamping sebagai upaya pengenalan budaya dan pengembangan karakter anak, aturan memakai pakaian adat jawa ke sekolah juga diharapkan dapat menghilangkan kesan perpeloncoan.

Baca: UIN Sunan Kalijaga Ingin Mahasiswanya Pintar Bahasa Inggris Selain Bahasa Arab

Menurut Sutapa, ketika semua anak datang ke sekolah dengan mengenakan busana adat jawa maka akan tampak sama.

"Tidak ada senioritas. Mereka bisa kumpul bersama, belajar dan tertawa bersama," ungkapnya.

Sutapa berharap, ratusan siswa baru yang baru lulus di sekolah tingkat pertama itu nantinya bisa mengenal lingkungan sekolah dengan baik.

Bisa beradaptasi dengan baik, sehingga bisa lebih siap untuk mengikuti proses pembelajaran yang ada di SMK N 1 Pundong ini.

"Apalagi orientasi sekolah di SMK itu kan diproyeksikan memasuki dunia kerja, sehingga targetnya anak-anak baru ini, lebih siap menyongsong masa depan," ujar dia.

Semenetara itu, seorang siswa, Yuyun Annafiyah mengaku senang bisa datang ke sekolah mengenakan pakaian adat dan bermain permainan tradisional.

Menurutnya, dengan bermain permainan tradisional ia bisa mengenal permainan yang ada di masa lalu.

Baca: Kenalkan Budaya Jawa, Hari Pertama ke Sekolah, Murid dan Guru SMAN 1 Pajangan Gunakan Pakaian Adat

Memainkan permainan tradisional ia mengaku sempat mengalami kesulitan dan harus belajar beberapa kali. Namun setelah mencoba beberapa kali akhirnya bisa dan menurutnya dia seru.

"Seru. Bisa mengenakan pakaian adat dan bermain permainan tradisional. Harapannya sih semoga budaya seperti ini jangan sampai dilupakan. Bisa tetap lestari," ungkapnya.  (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved