Pendidikan
Meriahnya Dies Natalis ke-30 MM FEB UGM
Kegiatan yang berlangsung Sabtu (30/6/2018) kemarin ini dilakukan untuk mengenang sejarah berdirinya prodi MM UGM 30 tahun lalu.
Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Ratusan alumni, dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Magister Managemen (MM) FEB UGM menggelar napak tilas dengan melakukan nitilaku dari kampus MM Jalan Kaliurang menuju FEB di kompleks Bulaksumur.
Kegiatan yang berlangsung Sabtu (30/6/2018) kemarin ini dilakukan untuk mengenang sejarah berdirinya prodi MM UGM 30 tahun lalu.
Dimulainya nitilaku ditandai dengan pelepasan burung merpati dan burung emprit sebanyak 30 ekor sebagai simbol usia 30 tahun.
Rombongan peserta nitilaku diiiring oleh para penari Dolalak dari kelompok Tari Dolalak, Kaligesing, Kulonprogo.
Selain itu peserta juga membawa gunungan salak yang dipanggul di sepanjang perjalanan.
Dekan Eko Suwardi mengatakan pelepasan burung sebanyak 30 ekor menandai usia 30 tahun MM FEB UGM sebagai sekolah bisnis di Indonesia yang kini sudah menyandang akreditasi internasional AACSB.
"Sedangkan pelepasan burung ini dilakukan untuk mendorong komitmen keberlanjutan dan kelestarian lingkungan dengan pengembangan pendidikan manajemen sustainability di MM UGM," ujarnya.
Sementara itu, ketua prodi MM UGM Hany Handoko, sebelumnya menceritakan bahwa prodi MM UGM didirikan pada 2 Juli 1988.
Saat itu Fakultas Ekonomi (FE), sekarang bernama Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) mendapat mandat dari Dirjen Dikti untuk merepon kebutuhan pendidikan pascasarjana untuk prodi manajamen.
“Dulu mahasiswanya hanya 40 orang, sekarang sudah lebih dari 2.000, baik di kampus Yogya dan Jakarta. Dan alumni tercatat sudah mencapai 11 ribu orang," ungkapnya.
Rangkaian Dies Natalis ke-30 program studi MM FEB UGM dilanjutkan dengan penampilan monolog Butet Kartaradjasa dan penyanyi keroncong Sundari Soekotjo.
Acara temu alumni yang digelar di selasar MM UGM tersebut bertemakan cultural night.
Menurut Butet, UGM tidak hanya melahirkan akademisi dan intelektual tapi juga melahirkan negarawan.
Dan dari pertemuan alumni ini bisa mempererat tali persaudaraan sekaligus menegaskan bahwa alumni memberi yang terbaik di tempat kerja masing masing.
"Kalau jadi pemimpin yang giat dan bersemangat, kerja, kerja. Negara ini masih membutuhkan ilmu dan pengabdian anda sekalian, jangan pernah percaya Indonesia akan bubar 2030," ujarnya.(*)