Kisah Pak Barno, Tukang Pijat yang Siap Hilangkan Pegal-pegal Wisatawan di Puncak Becici
Barno adalah tukang pijat. Berbekal tas kecil warna hitam, ia setiap pagi datang ke Puncak Becici untuk menawarkan jasa pijat.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin.
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Memasuki libur Lebaran 1439 H, puluhan ribu wisatawan telah datang berkunjung ke objek wisata puncak Becici, Dlingo, Bantul.
Membawa serta sanak keluarga, para wisatawan, pagi itu, terlihat riang gembira bermain diantara deretan pohon pinus.
Wajah-wajah bahagia dan tawa membahana dari para wisatawan sesekali terdengar.
Diantara derai tawa kebahagiaan wisatawan di puncak Becici, disitu ada seorang lelaki berusia 60 tahun, bernama Barno, tengah mengais rezeki.
Barno adalah tukang pijat. Berbekal tas kecil warna hitam, ia setiap pagi datang ke Puncak Becici untuk menawarkan jasa pijat.
"Setiap hari pasti ada saja yang membutuhkan pijat. Kadang saya belum datang, ada yang menelepon karena ada wisatawan yang mau dipijat," ujar Barno, saat berbincang dengan tribunjogja.com.
Barno sendiri merupakan warga Dusun Banjarharjo II, desa Muntuk, Dlingo Bantul.
Ia mengaku belum lama, baru sekitar 3 bulan, membuka jasa layanan pijat di objek Wisata Becici.
Awalnya, ia bercerita, banyak tetangga yang suka mencari dirinya karena ada sopir travel maupun wisatawan yang kelelahan dan membutuhkan jasanya untuk dipijat .
Lambat laun, ia kemudian berfikir, mengapa tidak sekalian membuka jasa layanan pijat di puncak Becici.
Jasa layanan pijat Barno ada di sebuah gubuk kecil. Ia menawarkan jasa pijat kepada wisatawan yang merasa penat.
"Saya tidak mematok harga. Usai dipijat berapa wisatawan mau kasih, saya terima," ungkapnya.
Pekerjaan sebagai tukang pijat terpaksa harus dijalani Barno untuk menyambung kehidupan keluarganya. Di rumah, ia memiliki seorang istri dan dua orang anak.
"Istri saya kerja membuat kerajinan bambu. Penghasilannya tak tentu," lanjut dia.
Untuk menambah penghasilan keluarga, ia setiap pagi menjajakan layanan pijat di puncak Becici dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
"Setiap hari ada. Kadang dapat 3 orang. Kalau lagi ramai kadang bisa sampai 8 orang (pijat)," tutur Barno.
Lebih lanjut, lelaki bertopi hitam ini mengaku sudah menjalani profesi sengaja tukang pijat sudah lebih dari 15 tahun.
"Saya pindah-pindah. Dulu pernah juga saya buka jasa pijat di Jakarta selama 6 bulan di sekitar Ragunan. Tapi kemudian pulang kampung," ujar dia.
Lepas dari tanah rantau di Jakarta, ia kini membuka jasa layanan pijat di sebuah gubuk sederhana ditengah hamparan hutan pinus puncak Becici.
Satu-satunya tanda pengenal jika Barno yang ada di gubuk itu adakah tukang Pijat dari sebuah tulisan di sebuah plang kayu kecil yang berbunyi
"Melayani jasa Pijat, bisa miskol lewat nomor hape di 0813- 2564 - 8323," tulis papan itu. (*)