Pendidikan
Mahasiswa UAJY Kenalkan Lurik dengan Workshop Membuat Bros
Kenalkan kain lurik kepada generasi muda, mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY menyelenggarakan acara Kenari Bersama Bird Series x Kenari Gemuk.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM - Kain lurik merupakan kain khas Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta setiap hari menggunakannya.
Namun seiring berkembangnya zaman, kain lurik mungkin saja ditinggalkan oleh generasi muda.
Untuk mengenalkan kembali kain lurik kepada generasi muda, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyelenggarakan acara Kenari Bersama Bird Series x Kenari Gemuk.
Terdapat workshop kain perca lurik bird series dan photocontest dalam acara tersebut.
Ketua Panitia Kenari Bersama Bird Series x Kenari Gemuk, Febtika Tarini mengatakan acara tersebut bertujuan untuk mengenalkan kain lurik pada generasi muda.
Selain itu juga untuk meningkatkan kebanggan generasi muda pada kain lurik.
"Ini sebenarnya memang tugas kuliah, kami bikin agensi namanya Keraton, lalu kami kerjasama dengan Lawe Indonesia yang melestarikan tradisi terutama lurik dan pemberdayaan perempuan. Sekarang kan generasi muda beralih ke yang fashionable, kemudian lurik ditinggalkan, makanya perlu edukasi lagi," kata Febtika di sela-sela workshop di Wisdom Park UGM, Sabtu (26/5/2018).
Ia menjelaskan kain lurik bird series merupakan kain lurik yang terinspirasi dari bulu sepuluh burung terindah di Indonesia.
Burung-burung tersebut antara lain Cekakak Jawa, Cendrawasih Botak, Cendrawasih Kerah, Kacamata Sangihe, Mandar Padi Kalung Kuning, Merak Hijau, Nuri Kalung Ungu, Pemakaian Emas, dan Rangkong Badak.
"Selain punya kain lurik sebagai warisan, Indonesia juga punya fauna yang mengagumkan. Berarti kan kita harus bangga dengan kekayaan ini. Makanya dengan workshop ini bisa kenal lurik lebih jauh. Dalam photo contest, model juga mengenakan lurik," jelasnya.
"Kalau workshop kita menyulap kain perca supaya jadi sesuatu yang lebih berguna, seperti dompet, bantal, tas laptop, dan lain-lain," tambahnya.
Workshop diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga ibu-ibu.
Dalam workshop tersebut peserta diajak membuat bros dan bantal dari kain perca lurik.
Kain tersebut dirangkai sedemikian rupa kemudian dijahit dan menjadi Bros berbentuk bunga.
Seorang peserta workshop, Dian Lestari tertarik mengikuti workshop karena dirinya juga seorang penjahit.
Sebagai penjahit tentunya memiliki kain sisa jahitan.
"Aku emang suka kain tradisional, kebetulan aku juga penjahit. Jadi kan kain perca gitu banyak, numpuk nggak tau mau diapain, makanya ikut," kata Dian.
Mahasiswa Sastra Inggris UGM tersebut mengaku akan mempraktikkan ilmu yang didapatnya.
Ia belajar membuat pola-pola untuk membuat bros.
"Karena aku udah ada basic jahit jadi ya nggak susah. Tinggal belajar bikin motifnya aja. Dari sini pasti dipraktikkan, untuk memanfaatkan kain perca di rumah," tutupnya. (*)