Kulonprogo

Kurangi Residu, Pemkab Kulonprogo Ingin Bangun Bank Sampah Induk

Keberadaan instalasi ini diharapkan bisa mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat penampungan akhir sampah (TPAS) Banyuroto.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
ist
Logo Pemkab Kulonprogo 

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulonprogo berencana membuat bank sampah induk pada tahun ini.

Keberadaan instalasi ini diharapkan bisa mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat penampungan akhir sampah (TPAS) Banyuroto.

Kepala DLH Kulonprogo, Arief Prastowo mengatakan saat ini ada sekitar 80 bank sampah di Kulonprogo dengan kegiatan pengelolaan dan pemilahan sampah.

Namun, volume residu sampah yang masuk ke TPAS dinilai masih cukup besar mengingat masih minimnya proses daur ulang di bank sampah.

Maka itu, diperlukan bank sampah induk dengan skala tampung lebih besar dan disertai proses daur ulang sampah yang terkumpul.

Baca: Bank Sampah Wirosaban Mandiri RT 58 Sorosutan Olah Sampah Non Organik Menjadi Kerajinan Tangan

"Fungsi bank sampah ini memilah sampah dan langsng daur ulang sehingga tidak banyak volume yang dikirim ke TPAS. Tahun ini rencamanya alan mulai dibuat," kata Arief seusai puncak acara Gerakan Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS) dan Peringatan Hari Bumi tingkat Kulonprogo di TPAS Banyuroto Nanggulan, Jumat (20/4/2018).

Wilayah Pengasih dan Wates dipandang sebagai pilihan terbaik untuk membangun bank sampah induk tersebut.

Mengingat, keluasan lahan yang dibutuhkan sekitar 500-1000 meter persegi dan lokasinya berada di areal perkotaan yang cenderung tinggi produksi sampahnya.

Kapasitas tampungnya disebutkan bisa 10-20 kali lipat bank sampah biasa.

Pada tahun ini pula, TPAS Banyuroto akan dilengkapi timbangan khusus untuk mengukur volume sampah yang dibawa armada pengangkut.

Hal ini menurut Arief sangat penting untuk memantau volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan seluas 2,5 hektare itu, pengawasan tingkat pengelolaan dan daur ulang, hingga pengukuran residu.

Baca: Bank Sampah di Kulonprogo Mencapai 100 Unit

Dari situ pula, bisa dilakukan upaya reduksi sampah yang masuk dengan memaksimalkan pengolahan dan daur ulang sejak dari tingkat rumah tangga dan bank sampah.

Hal ini sekaligus menjadi langkah antisipasi lonjakan volume sampah pasca beroperasinya bandara baru di Temon nanti.

"Kami tidak berharap TPAS Banyuroto jadi temoat penampungan sampah raksasa. Residunya harus kecil dan bisa diselesaikan di tingkat pengolahan bank sampah kecil maupun pengelolaan mandiri," kata Arief.

Adapun program Tiga Bulan Bersih Sampah digelar di Kulonprogo pada 21 Januari-21 April 2018.

Agenda tersebut dipadati dengan beragam kegiatan kepedulian dan pengelolaan sampah di masyarakat.

Baca: Pameran Bantu Pasarkan Produk Bank Sampah

Wakil Bupati Kulonprogo Sutedjo menyebut perilaku tertib buang sampah perlu dijadikan kebiasaan bagi masyarakat secara luas dalam kehidupan sehari-hari.

Meski program Tiga Bulan Bersih Sampah sudah berakhir, perilaku itu harus terus dilaksanakan dan jadi kebiasaan sehingga membasa kontribusi positif terhadap lingkungan hidup.

Hal itu bisa dilakukan dengan cara yang sederhana.

“Ada yang masih membuang sisa makanan, bungkus makanan di sembarang tempat. Padahal, kita bisa membawanya dulu sebelum menemukan tempat sampah. Tidak langsung kita tinggal di sembarang tempat begitu saja. Kita bisa merubah kebiasaan kita menjadi lebih baik," kata Sutedjo.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved