Unit 732 Jepang, Eksperimen Senjata Biologis Paling Brutal Terhadap Para Tawanan
Unit 731 merupakan tim yang dibentuk untuk meneliti dan mengembangkan senjata biologis mematikan. Mereka menggunakan manusia sebagai eksperimen
Agar misinya tidak menimbulkan kecurigaan, militer Jepang menyamarkan tugas rahasia Shiro dan timnya sebagai atase militer.
Hanya butuh waktu dua tahun bagi Shiro untuk malang-melintang di negara-negara Eropa dan AS serta mempelajari dan sekaligus menyerap program pengembangan senjata biologis.
Sekembalinya dari Eopa dan AS, misi Shiro dan timnya yang dinilai sukses oleh militer Jepang tidak hanya membuat pangkatnya naik menjadi Mayor, tapi Shiro juga diberi keleluasaan untuk segera membangun industri senjata biologi.
Upaya Shiro untuk mendirikan industri senjata biologi ternyata mendapat tanggapan positif dari militer Jepang.
Pejabat militer Jepang yang kemudian mendukung penuh program pembuatan senjata biologi yang dipimpin oleh Shiro antara lain, Kolonel Tetsuzan (Chief of Military Affairs), Kolonel Yoriniichi Suzuki (Chief of 1st Tactical Section of Army General Staff Headquaters), Kolonel Ryuiji Kajitsuka (Medical Bureau of The Army), dan Kolonel Chikahiko Koizumi (Army Surgeon General).
Secara kebetulan tak berapa lama setelah Shiro pulang dari Eropa di kota Shikoku muncul wabah radang miningtis. Shiro pun membuktikan keahliannya meredam wabah miningtis dengan membangun wahana penjernihan air.
Berkat keberhasilan membereskan wabah secara efektif itu, nama Shiro makin popular sebagai pakar bakteriologis, khususnya di kalangan militer Jepang.
Jalan untuk menjadi peneliti dengan obyek eksperimen berupa manusia hidup pun makin terbuka lebar
Untuk memenuhi kebutuhan wahana praktek berupa manusia itu, pada bulan Agustus 1932 Shiro dan timnya berkunjung ke Manchuria yang saat itu sudah dikuasai Jepang.
Setelah kunjungan yang bersifat studi banding itu, lokasi pabrik senjata kuman di Harbin akan dijadikan sebagai pusat pengembangan dan penelitian.
Sementara untuk ajang uji praktek senjata kuman terhadap manusia akan di bangun kamp rahasia di sepanjang Peivin River, yang berjarak sekitar 20 km dari Harbin.
Agar tidak mengundang kecurigaan dan ketakutan warga sekitarnya, Shiro sengaja menyamarkan pabrik senjata kuman dan lokasi uji cobanya sebagai Kamo Unit atau kadang-kadang Togo Unit.
Setelah kedua fasilitas yang nantinya menjadi neraka bagi para tawanan perang Jepang itu berdiri, Shiro yang kembali mendapat banyak dukungan dari petinggi militer dan pemerintah Jepang, dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel.
Anggaran untuk Kamo Unit pun dinaikkan secara drastis, 200 ribu yen per tahunnya.
Di bawah Shiro yang sangat ambisius dan berdarah dingin program pengembangan senjata biologi di Kamo Unit berkembang pesat.