Unit 732 Jepang, Eksperimen Senjata Biologis Paling Brutal Terhadap Para Tawanan
Unit 731 merupakan tim yang dibentuk untuk meneliti dan mengembangkan senjata biologis mematikan. Mereka menggunakan manusia sebagai eksperimen
Tapi aksi kebrutalan itu dirasa tidak cukup karena hanya mampu memberikan efek jera dalam jangka pendek.
Maka untuk menghemat tenaga dan mengelola wilayah jajahan dalam jangka panjang secara efektif mulai muncul pemikiran ekstrem dari sejumlah tokoh militer Jepang.
Salah satu solusi yang kemudian muncul tidak hanya mencerminkan kebrutalan tentara Jepang tapi senjata pemusnah massal yang dioperasikan tanpa perikemanusiaan.
Pasalnya, sumber daya personel militer yang terbatas itu harus digantikan dengan senjata yang sangat efektif membunuh musuh, senjata biologis.
Salah satu tokoh militer Jepang yang kemudian ditugaskan untuk mendalami senjata biologis adalah Mayor Teronobu Hasebe bersama 40 ilmuwan lainnya.
Tapi setelah sekian tahun memimpin tim pembuat senjata kuman itu, progress penelitian tim Hasenebe belum menunjukkan hasil yang signifikan sampai kemudian muncul seorang ilmuwan maniak Jepang yang juga dokter ahli bedah, Ishii Shiro.
Sebagai seorang dokter pendiam yang gemar meneliti organ tubuh manusia sekaligus perkembangan kuman, Shiro yang kerap membayangkan bereksperimen dengan manusia hidup merasa menemukan jalan terang.
Maka tidak merupakan hal aneh, Shiro yang lulus dari Kyoto University pada tahun 1920 itu, memanfaatkan betul peluangnya sewaktu mendapat tawaran untuk mengembangkan kemampuan ilmunya dari Angkatan Darat Jepang.

Setelah sekitar 4 tahun bekerja di departemen penelitian AD Jepang, sebagai seorang peneliti senjata biologi kemampuan Shiro di bidang ilmu bakteri ternyata sangat menonjol.
Kecerdasan Shiro itu membuat AD Jepang terkesima dan kemudian memerintahkannya untuk mendalami ilmunya tentang bakteriologi di Kyoto University.
Tahun 1927, Shiro yang memang berotak cemerlang berhasil meraih gelar Doktor (Phd) sekaligus menikahi puteri Torasaburo Akira yang saat itu menjabat sebagai rektor atau presiden Kyoto University.
Tak lama kemudian Shiro yang berpangkat Kapten telah memiliki berbagai konsep temuan senjata biologi kembali bergabung dengan militer Jepang.
Kebetulan militer Jepang yang saat itu sudah bangkit kembali sedang bersemangat untuk menguasai negara tetangga, China dan negara-negara di wailayah Asia Timur.
Demi kepentingan militer Jepang dan sekaligus melaksanakan missi mata-mata, Shiro kemudian diberi kesempatan untuk bertandang ke Eropa dan AS.
Tujuan utama Shiro dan timnya adalah mempelajari program pembuatan senjata biologis yang sedang dikembangkan AS khususnya cara membuat hujan beracun, hujan kuning.