Pendidikan
'Ibu Bapak Bantu Doa Saja, Biar Saya yang Cari Biaya', Kisah Anak Satpam UGM Raih Gelar Doktor
"Walau bapak cuma lulusan SMP dan Ibu lulusan SD, saya justru belajar banyak dari mereka," ungkap Tyas.
Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Retna Ningtyas Susanti adalah satu diantara ribuan mahasiswa yang Kamis (19/4/2018) ini, diwisuda.
Ia lusus Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) dan resmi mendapatkan gelar doktor. Siapa sangka dia adalah anak seorang satpam.
Ya, ayahnya Teguh Tuparman adalah seorang petugas keamanan UGM.
Menurut Tyas, sapaan akrabnya, walaupun ayahnya hanya petugas keamanan di UGM, ia sama sekali tidak malu dengan hal tersebut.
"Walau bapak cuma lulusan SMP dan Ibu lulusan SD, saya justru belajar banyak dari mereka," ungkap Tyas.
Tyas mendapat gelar doktor bidang Kajian Pariwisata.
Ditemui di tribunjogja.com di lokasi wisuda, sang ayah yang sudah mengabdi DI UGM selama 33 tahun ini tak kuasa menahan rasa bangganya terhadap anak perempuan sulungnya itu.

"Saya sangat bangga karena anak saya berhasil menyelesaikan studi S3. Saya juga bangga karena UGM tidak membeda-bedakan latar belakang keluarga mahasiswanya," papar Teguh.
Teguh menyebut, Tyas merupakan anak yang memiliki kemauan sangat tinggi, terutama soal pendidikan.
Teguh pun selalu berusaha memotivasi anaknya untuk terus melanjutkan studi, walau sempat mengalami kesulitan keuangan.
"Saya selalu dorong dia agar mau menjalani pendidikan tinggi," ujar Teguh.
Teguh sendiri memiliki 4 orang anak. Semuanya perempuan. Semuanya pun mampu menembus perguruan tinggi.
Anak kedua telah lulus dari UGM, seperti kakaknya. Sementara yang ketiga lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta. Terakhir, anak bungsunya sedang menjalani studi Perhotelan di BSI.
"Anak kedua saya sudah menikah, ikut suaminya," tutur Teguh.
Sehari-harinya, sang ibu dari Tyas berjualan dengan membuka warung di rumah. Ibunya mengaku sempat khawatir dengan masa depan anak sulungnya itu.
Masalahnya, biaya perguruan tinggi tidaklah sedikit, sedangkan penghasilan keluarga pas-pasan.
"Tetapi dia selalu bilang, 'Sudah Ibu sama Bapak bantu doa saja, biar saya yang usaha untuk mengumpulkan biaya,'" jelas Ibunya.
Menurut Ibu Tyas, anaknya tersebut sering berjualan ke sana kemari demi mengumpulkan dana untuk biaya kuliah.
Tyas pun juga rajin ikut berbagai program beasiswa yang diadakan oleh UGM.
Kepada para orangtua, Teguh pun berpesan agar jangan minder untuk menyertakan anak-anaknya ke perguruan tinggi terbaik. Sebab baginya pendidikan itu tidak memandang level ekonomi.
"Siapa pun bisa yang penting mau berusaha," pesan Teguh.
Terkait anak sulungnya itu, Teguh tidak lagi mengharap banyak hal. Yang dia inginkan hanyalah melihat anaknya sukses ke depannya.
"Kita yang penting terus mendukung. Selanjutnya terserah Tyas mau ke mana setelah ini," ujar Teguh. (*)