Spionase Mossad Eli Cohen
Kisah Eli Cohen, Mata-mata Legendaris Israel di Suriah yang Berakhir di Tiang Gantungan #4
SUKSES besar Taabes memasok laporan sensitif militer Suriah ke Mossad disusul keberhasilan lain saat Amin Taabes mengirimkan detail proyek
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Dua kali serangan udara Israel ke Suriah dalam tujuh hari terakhir mengingatkan kisah seru operasi mata-mata Israel di Damaskus. Kamil Amin Taabes nyaris jadi orang nomer dua di Suriah, sebelum aksinya dibongkar Kolonel Ahmed Souwedani. Taabes adalah Eli Cohen, spion legendaris sepanjang sejarah Mossad. Buku "Mossad; Dinas Rahasia Israel", yang ditulis Denis Eissenberg melukiskan detail drama ini.
Saya Eli Cohen, dari Tel Aviv
SUKSES besar Taabes memasok laporan sensitif militer Suriah ke Mossad disusul keberhasilan lain saat Amin Taabes mengirimkan detail proyek pembelokan air sungai Yordan yang jadi sumber utama Danau Galilea.
Data-data itu peroleh dari sahabatnya Kolonel Saleh Hatoum yang memimpin proyek. Data lain didapat dari insinyur Spanyol yang jadi ahli di lapangan. Proyek ambisius itu akan mencegah masuknya air dari Golan ke Danau Galilea, sumber utama air bagi warga Israel.

Sukses besar itu mendapat imbalan liburan panjang Taabes. Ia kembali ke Israel, dan jadi Eli Cohen lagi. Keluarganya bertambah besar, dan kali Eli mulai merasa berat berpisah dengan keluarganya.
Setelah libur panjang, Eli Cohen balik ke Damaskus, kembali menjalani perannya sebagai Amin Taabes, teman dekat Presiden Suriah. Suatu hari di bulan Januari 1965, Taabes berbaring dekat pemancar radio di apartemennya, menanti jawaban dari Tel Aviv.
Malam sebelumnya, ia makan bersama Saleh Hatoum, dan mendapat potongan informasi Presiden Amin Al Hafez telah memutuskan menyatukan aktivis dari berbagai kelompok pengungsi Palestina, dalam satu grup yang akan dilatih secara militer.
Mereka itulah yang akan dikirim ke luar Suriah untuk berperang melawan Israel. Keputusan itu telah dikirim ke markas Mossad, dan Taabes hanya tinggal menunggu balasannya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk sesorang.
Baca berita terkait :
Kisah Eli Cohen : Amin Taabes Memulai Petualangan dari Buenos Aires
Kisah Eli Cohen : Nyaris Jadi Menteri Pertahanan Suriah
Kisah Eli Cohen : Dua Kali Lihat Saudaranya Sebangsanya Digantung
Kisah Eli Cohen : Usaha Penyelamatan Eli Cohen Tak Ada yang Mempan
Sebelum Taabes bereaksi, daun pintu itu jebol, ambruk saat seregu pria bersenjata merangsek masuk. Dua moncong pistol teracung ke kepalanya saat ia menutup radio pemancar. Berseragam militer, Kolonel Ahmed Souweidani muncul.
Dialah pemimpin kontraspionase di Dinas Rahasia Suriah. Taabes terdiam. Permainan panjang itu dengan demikian telah berakhir. Souweidani dengan congkak mengatakan, ia telah tahu permainan mata-mata Taabes sejak lama.
Souwedani membayangkan penangkapan Taabes akan jadi kartu trufnya untuk kup. Kursi Presiden seolah ada di depan matanya. Souwedani tahu Taabes dekat dengan Presiden dan pembantu-pembantu pentingnya.
Namun penangkapan Taabes sesungguhnya bermula dari persoalan sepele. Kedutaan India yang dekat dengan apartemen Taabes mengeluhkan sinyal radionya kerap terganggu. Pengiriman berita ke New Delhi pun jadi tak lancar.
Penyelidikan seksama dilakukan intelijen Suriah. Ketika jaringan listrik dimatikan, termasuk di apartemen Taabes, terlacak masih ada sinyal radio beroperasi. Akhirnya atap gedung apartemen diselidiki, dan ditemukan sebuah antene radio.
Temuan itu menuntun aparat intelijen ke apartemen Taabes, yang tidak menyadari sedang ada pelacakan sinyal radio di sekitarnya. Ketika listrik mati, Taabes menggunakan baterai cadangan. Keteledoran itu tak disadarinya hingga ia digerebek.
Tertangkapnya Taabes membuat syok Presiden Al Hafez. Ia bertindak cepat mengirimkan Kolonel Salah Dalli dan Kolonel Hatoum, guna membantu penanganan masalah supaya tidaki melebar ke mana-mana.
Kehadiran Dalli dan Hatoum tak pelak membuat masygul Souwedani. Ia tak bisa lagi leluasa menggunakan Taabes sebagai senjata politik dalam permaianan berbahayanya. Kabar penangkapan Taabes sudah menjalar di Tel Aviv.
Taabes kemudian dipindahkan ke sebuah markas militer di luar Damaskus. Apartemennya dibedah habis guna menemukan semua peranti mata-mata yang tersisa. Presiden Al Hafez secara pribadi segera menemui Taabes di lokasi penahanannya.
Di ruang pertemuan, ketika dua sosok itu bertemu muka, mereka hanya saling pandang. Hening. Taabes lah yang mula-mula membuka percakapan. "Saya Eli Cohen. Dari Tel Aviv. Seorang prajurit Angkatan Bersenjata Israel'.
Kepada media massa, Presiden Al Hafez berusaha mengalihkan kesalahan, baik yang dibuatnya sendiri maupun teman-teman dekatnya. Mula-mula ia percaya Taabes seorang Suriah dari Argentina.
Presiden Amin Al Hafez memerintahkan penyelidikan cepat dan pengadilan militer, yang akan melibatkan dua perwira militer kepercayaannya, Salah Dalli dan Saleh Hatoum, sebagai hakimnya.
Dua orang yang sesungguhnya mengetahui lekuk liku kamar-kamar pribadi di apartemen Taabes.
Orang-orang yang memahami dan menikmati setiap desah dan dengus napas perempuan- perempuan yang didatangkan ke apartemen itu.
Israel bergerak cepat dengan segala cara guna membantu penyelamatan mata-matanya. Semua sumber daya, termasuk tokoh-tokoh penting dunia, digerakkan untuk menyelamatkan Eli Cohen.(xna)