Penjelasan BMKG Gempa Bumi Megathrust Indonesia, Terkait Isu Tsunami Pandeglang?

Penjelasan BMKG Gempa bumi Megathrust Indonesia, Terkait Isu Tsunami Pandeglang. Gempa Bumi Megathrust Indonesia

Editor: Iwan Al Khasni
BMKG
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Berkembangnya informasi soal prediksi gempa megathrust yang akan menimpa Jakarta yang diprediksi sama dengan kekuatan gempa Aceh di tahun 2004, membuat sejumlah kalangan menguatkan koordinasi.

Dikutip Tribunjogja.com dari laman resmi bmkg.go.id Kamis (5/4/2018), Komisi V DPR RI mengundang BMKG dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang membahas mengenai  'Prediksi Gempa Berkekuatan Tinggi / Megathrust Yang Mengancam Jakarta serta Langkah-langkah Antisipasinya".

Pada kesempatan itu diungkapkan apa itu megathrust?

Pada paparannya, Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, mengatakan Indonesia memang berada di zona tumbukan lempeng.

Berdasarkan hasil penelitian, ada 5 zona subduksi atau zona tumbukan lempeng yaitu zona subduksi Sunda, subduksi Banda, serta di Utara Sulawesi, lempeng Laut Maluku dan subduksi di utara Papua.

Subduksi-subduksi inilah yang selalu menimbulkan gempabumi dan bisa juga memicu patahan aktif. Berdasarkan data yang dihimpun saat ini teridentifikasi sekitar 295 patahan aktif di wilayah Indonesia.

Subduksi dan patahan aktif inilah yang ketika bergerak akan melepaskan energi yang kemudian dirasakan sebagai gempabumi.

Kemudian juga dijelaskan apa itu megathrust?

Grafis lokasi deretan gempa 10 hari terakhir
Ilustrasi (Tribun Jogja/ Suluh Pamungkas)

Megathrust adalah istilah yang menyebutkan zona subduksi lempeng yang sangat luas sekali, memanjang dari sebelah utara Sumatera memutar sampai ke selatan pulau Jawa, terus menuju Nusa Tenggara Timur dan menuju ke laut Banda.

Jadi istilah Mega digunakan untuk menggambarkan ukuran zona subduksi yang cukup panjang dan luas. Namun zona ini juga terbagi atas segmen-segmen yang aktif bergerak dengan kecepatan 60-70 milimeter/tahun.

Pada saat terjadi gerakan di segmen ini, maka akan memicu terjadinya guncangan/gempabumi. Oleh karena itu, gempabumi yang terjadi karena dipicu oleh pergerakan segmen-segmen tersebut disebut gempabumi megathrust, karena terjadi di wilayah zona Megathrust.

Magnitudo yang ditimbulkan oleh subduksi megathrust ini berkekuatan kurang dari 5, namun pada zona tersebut juga berpotensi membangkitkan gempa besar. Karena  berdasarkan sejarah dan hasil penelitian, di bagian selatan Jawa paling tidak telah terjadi 4 kali yakni di tahun 1780 (8.5 SR), 1903 di selatan Banten (8,1 SR) , di Banyuwangi tahun 1994 (7,6 SR) dan tahun 2006 di Pangandaran (7.8 SR).

Khusus wilayah Jakarta, ada 3 ancaman sumber gempa yang bisa terasa hingga Jakarta. 2 diantaranya berpusat di zona megathrust. Yaitu megathrust yang ada di Selat Sunda dan selatan Jawa Barat.

Sementara satu sumber gempa lagi yang berpotensi terasa hingga Jakarta, berasal dari sesar aktif yang berada di daratan yakni Sesar Baribis, Sesar Lembang dan Sesar  Cimandiri. Jadi pusat gempa tidak ada di Jakarta, namun dampaknya bisa terasa hingga Jakarta. (Tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved