Penemuan Ini Membuat Perawatan Rel Kereta Api Lebih Murah
Cukup diletakkan di lantai, maka pergerakan kereta bisa diamati dan dipantau melalui GPS.
Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Prasarana perkeretaapian terutama jalan rel merupakan investasi yang mahal.
Karenanya diperlukan prosedur perawatan yang optimal.
Selain proses pembangunannya yang mahal, proses perawatan jalan rel kereta api juga menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Diperlukan sarana khusus misalnya kereta pemeriksa jalan rel.
Namun, ke depannya proses pemeriksaan jalan rel diharapkan tidak akan terlalu mahal lagi.
Hal ini menyusul penemuan alat monitoring jalan rel oleh John Echter, seorang konsultan perawatan jalan rel modern dari Belanda.
John yang telah bekerja di perkeretaapian Belanda selama lebih dari 40 tahun ini memaparkan penemuannya dalam International Seminar: Railway yang digelar oleh Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (MASKA) dan UGM di Gedung Pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Rabu (28/3/2018).
"Pembangunan jalur kereta api sangatlah mahal, grafis biayanya bisa digambarkan dalam kurva yang berbentuk seperti bak mandi. Dimana pada awalnya biaya sangat tinggi kemudian mulai menurun dan stabil seiring perawatan. Kemudian biaya akan naik di akhir masa pakai karena masa pakai habis," katanya mengawali paparan.
Mengingat mahalnya investasi tersebut, lanjutnya, perawatan haruslah handal.
Para insinyur lapangan harus selalu siap 24 jam sehari 7 hari seminggu.
Material perawatan juga harus senantiasa tersedia.
"Untuk itu kami menghadirkan inovasi berupa alat pendeteksi pergerakan kereta. Bisa dipasang di setiap kereta, bisa dimonitor darimanapun melalui internet, dengan demikian bisa membuat pemetaan jalan rel yang dilaluinya," katanya.
Purwarupa perangkat yang dikembangkannya, menurutnya akan segera dikembangkan pula di Indonesia.
Pihaknya menggandeng PT LEN untuk mengembangkan alat ini di Indonesia.
Dengan demikian Indonesia menjadi negara pertama yang mengembangkannya.
"Alat ini bisa mengamati pergerakan kereta api mulai dari gerak vertikal hingga horizontal. Ke depan juga dikembangkan untuk memindai kemiringan sarana kereta api ketika berjalan," ulasnya.
Bersama Ir Widoyoko, alat inipun telah dicobanya ketika naik kereta api di kawasan Jakarta-Bandung.
Alat dicobakan pada jalur Bekasi-Purwakarta.
"Ini membuktikan pemakaian sangatlah mudah, cukup diletakkan di lantai, maka pergerakan kereta bisa diamati dan dipantau melalui GPS. Data menunjukkan kondisi jalan rel secara detil mulai dari kondisi rel, kemiringan, lokasi hingga kondisi kereta yang digunakan apakah bagus atau tidak," paparnya.
Melalui alat ini, menurut John, petugas perawatan jalan rel tidak hanya mendapatkan gambaran kondisi rel.
Ketika dilakukan pengukuran dan didapati ada masalah, petugas bisa dikirim untuk memperbaiki titik yang rusak.
Kemudian alat dipakai lagi melintasi titik tersebut untuk melihat apakah perbaikan sudah optimal atau belum.
"Ini jauh lebih murah daripada mengirimkan armada inspeksi yang menyita waktu, tenaga dan biaya. Alat bisa dipasang di kereta manapun. Alat ini cocok diterapkan di perketaapian negara berkembang yang memiliki keterbatasan dana. Sebab, peralatan hanya menghabiskan dana sekitar 300 Euro per unit dan biaya bulanan pemakaian hanya sekitar 15-20 euro." ujarnya.
John mengungkapkan, alat ini sederhana dan bisa dibuat dengan mudah.
Namun demikian data yang diperoleh hanya bisa diolah oleh sistem yang dibuatnya.
Setelah dilakukan penandatanganan MoU dengan PT LEN, John memperkirakan alat ini tidak lama lagi akan bisa dipakai oleh perusahaan kereta api.
"Semoga ini menjadi produk yang bagus. Ini produk pertama di dunia dan Indonesia berkesempatan menjadi yang pertama," katanya.(TRIBUNJOGJA.COM)