Pria Bantul Ini Berkelana Selama 50 Tahun Mengumpulkan Keris Peninggalan Kerajaan di Tanah Jawa
Lelaki berusia 64 tahun itu setia menyimpan berbagai aneka keris di dalam rumahnya.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sejak zaman dulu, Jawa dikenal memiliki kebudayaan Adiluhung, sebagai pemersatu dalam kehidupan masyarakat.
Satu di antara hasil kebudayaan adiluhung tanah Jawa adalah keris.
Keris banyak dimiliki masyarakat Jawa sebagai pusaka untuk meniti kehidupan.
Tampaknya itu juga yang menjadikan Watono Arif Rahman, lelaki berusia 64 tahun itu setia menyimpan berbagai aneka keris di dalam rumahnya.
Di sudut ruangan di belakang tangga rumahnya, di Derman, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Watono menyimpan puluhan jenis keris yang diakuinya peninggalan kebudayaan dari berbagai kerajaan yang ada di tanah Jawa.
Ada keris Nogo Siluman, Nogo Rojo, Untu Walang, Nogo Kuning, Tilamsari, Tilamupih, Nogo Manten, Blarak sineret, Keris Tindih hingga Ujung Gunung semuanya terpampang dalam koleksi Watono.
Usai menunjukkan puluhan keris, ia kemudian mengambil satu simpanan keris miliknya, lalu perlahan membuka dari warangkanya.
"Keris ini usianya tua sekali. Saya prediksi ratusan tahun. Namanya Keris Kebo Lajer," tutur Watono, sembari menunjukan kepada Tribun Jogja, Senin (05/03/2018).
Keris itu tampak berbeda, tidak seperti keris pada umumnya.
Keris Kebo Lajer tidak memiliki luk (lekukan), bentuknya padat lurus dan memiliki pamor di badannya.
Usai menunjukkan Kebo Lajer, ia kemudian mengambil satu lagi koleksi kerisnya.
"Ini namanya Nogo Kuning atau Nogo Bundar. Bentuknya naga tapi bulat. Ini terbilang keris baru," ungkapnya.
Keris Nogo Kuning memiliki bentuk naga bulat meliuk-liuk berwarna hitam pekat dengan ujungnya runcing.
Menariknya, pada warangka keris ini bertahtakan intan permata berwarna biru menyala.
"Saya juga punya Pendowo lima, keris ber-luk lima ini sangat populer di tanah Jawa," ujar Watono, sembari menunjukkan keris berwarna kuning keemasan.
Dikatakan Watono, dalam kepercayaan orang-orang Jawa, setiap keris memiliki beraneka macam kegunaan.
Ia mencontohkan keris Tindih, bentuknya gepeng lebih lebar dari ukuran keris pada umumnya.
"Keris Tindih ini dipercaya orang-orang sebagai 'Junjung Derajat'. Setiap orang yang menginginkan tahta, jabatan, harus memiliki keris ini dikamar tidurnya," tutur dia.
Bukan hanya kegunaan, setiap bentuk dan luk dalam lekukan keris juga menyiratkan berbagai filosofi tujuan dari sang empu ketika menempa keris.
"Keris Lajer, bentuknya tegak lurus, itu biasanya disimbolkan keteguhan, keyakinan. Kalau keris memiliki luk, pasti kan jumlahnya ganjil, itu juga memiliki tujuan sendiri," jelas Watono.
"Kalau saya memaknai luk itu simbol. Misal keris luk 5, saya artikan itu sebagi rukun islam," ujar dia, sembari terkekeh.
Koleksi Watono ternyata bukan hanya keris, ia juga memiliki beberapa benda pusaka lainnya. Ada Badik dan juga tombak Singkir.
"Tombak Singkir ini usianya ratusan tahun. Orang-orang bisanya percaya memiliki tombak ini menjauhkan dari mara bahaya," terang dia.
Walaupun bernama tombak, tapi bentuk pusaka itu kecil. Hanya berukuran sekira 20 centimeter. Bentuknya pipih mengerucut dan memiliki sisi-sisi yang tajam.
"Tombak ini dari kelahiran Bung Karno, Blitar," jelasnya.
Watono sendiri mengaku mengumpulkan beraneka macam keris sejak masih usia belia, duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Ia mengaku sangat menggandrungi kebudayaan Adiluhung tanah Jawa. Oleh sebab itu, ia mengaku rela bertahun-tahun berburu keris.
"Sudah lebih dari 50 tahun, saya berkeliling mencari keris. Bukan untuk hal lain, saya hanya suka dan bertekad untuk Nguri-uri budaya," tutur Watono.
Disinggung dari mana saja aneka macam koleksi keris miliknya, Watono mengaku beberapa koleksinya merupakan peninggalan dari berbagai kerajaan yang pernah eksis di tanah Jawa.
"Beberapa koleksi, saya dapatkan dari sekitaran Jogja, Surakarta dan Madura. Hasil kebudayaan dari Majapahit dan Mataram," aku Watono. (*)