Lipsus Terminal Giwangan
Pengawasan di Terminal Giwangan Minim Akibatkan Calo Leluasa Beroperasi
Masalah lain yang bisa jadi muncul karena ketidakjelasan pengelola ini adalah semakin merebaknya calo tiket di terminal tersebut.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tersendatnya proses alihkelola Terminal Giwangan dari Pemkot ke Pemerintah pusat yang mengakibatkan terminal terkesan tak terawat ditanggapi oleh Anggota Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Nasrul Khoiri.
Menurutnya, sejak awal seharusnya pemerintah Kota Yogyakarta melakukan upaya lebih serius untuk mempertimbangkan terlebih dahulu atau meminta diskresi khusus kepada pemerintah pusat kaitannya dengan pengambil alihan operasional Terminal Giwangan.
Pasalnya, kata Khoiri, alihkelola tersebut mengakibatkan beberapa hal yang jelas-jelas merugikan pemerintah Kota Yogya.
Pertama, penghitungan aset dan sebagainya yang sampai saat ini belum juga terselesaikan.
Kedua, bagaimanapun juga keberadaan Terminal Giwangan sebagai salah satu tambahan penghasilan pendapatan asli daerah (PAD) haruslah dipertimbangkan.
"Tahun ini kira-kira ada PAD sekitar Rp1 miliar yang kemudian tidak bisa dipungut," bebernya.
Baca: Butuh Rp18 Miliar untuk Perbaikan Terminal Giwangan
Masalah lainnya, Pemkot terpaksa merumahkan sekian banyak karyawan yang sebelumnya beraktivitas sebagai saran pendukung aktivitas terminal, yang hingga kini kondisi mereka tidak bisa mempunyai pekerjaan lain.
Selain itu, proses pengambil alihan operasional yang tidak mulus mengakibatkan wajah kota Yogyakarta bagian selatan terkesan semrawut.
"Kita bisa melihat sekarang di terminal yang masa transisi ke pemerintah pusat. Beberapa kendala teknis, kerusakan dan sebagainya tidak bisa diperbaiki karena Pemkot merasa bukan sudah tanggung jawabnya lagi," tegasnya.
Khoiri menambahkan, beberapa aspek itu sejak awal sudah disampaikan ke pemkot kota Yogyakarta. "Kalau pentaannya sudah kelar gak papa ditarik pengelolaannya oleh pemerintah pusat," tegasnya.
Calo tiket
Masalah lain yang bisa jadi muncul karena ketidakjelasan pengelola ini adalah semakin merebaknya calo tiket di terminal tersebut.
Keberadaan calo ini membuat penumpang yang jengah dengan kondisi terminal semakin merasa tak nyaman.
Baca: Begini Nasib Bus Sari Indah Setelah Viral Video Calo di Terminal Bungurasih
Ketidakjelasan pengelolaan terminal itu diperkirakan juga berdampak pada kurangnya pengawasan dan ketertiban di terminal sehingga calo bebas berkeliaran.
Tak sulit menemui keberadaan mereka.
Begitu sampai pintu masuk, sejumlah calo biasanya sudah menunggui.
Setiap kali ada calon penumpang yang hendak masuk ke terminal, mereka dengan sigap mendekat dan mengarahkan penumpang itu ke tempat penjualan tiket.
Baca: Geger, Ada Calo Tawarkan Undangan Kahiyang Ayu Rp 400 Ribu
Tidak hanya penumpang yang kesal dan dibuat jengkel dengan keberadaan calo-calo tiket ini.
Sebab, penjual tiket di lantai dua pun dibuat mati kutu dengan banyaknya calo-calo yang beroperasi di terminal.
Sebut saja Melati, agen tiket bis di salah satu ruko di terminal Giwangan yang jengkel dengan banyaknya calo yang beroperasi.
Pasalnya, di saat penjualan tiket bis tengah lesu seperti sekarang ini calo-calo ini tetap nekat meminta komisi.
Padahal, kata Melati, calon penumpang rata-rata datang sendiri ke agen-agen tiket, namun para calo ini nekat menguntiti calo penumpang seolah-olah merekalah yang mencarikan penumpang.
"Jengkel mas liat mereka sliwar-sliwer. Wong jelas-jelas penumpang itu datang sendiri, kok nekat mereka itu (calo) nututi di belakang. Setelah sampai sini biasanya mereka terus ngode minta jatah," ungkap wanita paruh baya ini.
Dari pengakuan Melati, calo-calo ini biasanya meminta setengah dari pendapatan penjualan tiket.
"Kalau satu tiket saya cuma untung Rp 10 ribu, kena calo dipotong Rp 5 ribu. Kalau sepi seperti ini terus saya dapet uang berapa," ujar Melati meratap. (TRIBUNJOGJA.COM)