Kota Futuristik Penuh Robot di Arab Saudi Ini Mulai Digarap

Proyek sangat ambisius kota masa depan penuh robot berteknologi tinggi itu diinisiasi Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman menginisiasi proyek megacity NEOM berupa lima istana kerajaan akan dibangun di kota internasional Arab Saudi. 

TRIBUNJOGJA.COM, RIYADH - Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia mulai menyerahkan kontrak konstruksi pertama proyek ambisius megacity NEOM.

Kabar ini dilansir kantor berita Reuters dan laman alaraby.co.uk, Jumat (9/2/2018) WIB.

Ada lima istana kerajaan akan dibangun di kota internasional Arab Saudi ini.

Proyek sangat ambisius kota masa depan penuh robot berteknologi tinggi itu diinisiasi Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Nilai proyeknya sangat menakjubkan, 500 miliar dolar AS atau kira-kira Rp 6.700 triliun!!

Megacity NEOM berlokasi di tepi Laut Merah, 150 kilometer sebelah barat kota Tabuk.

Wilayah ini berdekatan dengan perbatasan Mesir dan Yordania.

Pangeran Mohammed bin Salman menunjuk Klaus Kleinfeld, mantan top eksekutif former raksasa aluminium, Alcoa, sebagai CEO NEOM.

Proyek raksasa yang wilayahnya lima kali lebih besar dari New York ini diumumkan Pangeran Mohammed bin Salman pada forum investasi internasional Oktober 2017 di Riyadh.

Zonanya meliputi kawasan seluas 26.500 mil persegi yang di antaranya diperuntukkan industri modern seperti bioteknologi, air, makanan, energi, air dan hiburan.

Kontrak pertama diberikan kepada Saudi Bin Ladin Group, perusahaan konstruksi terbesar di negara itu.

Mereka diberi tugas membangun satu dari beberpa istana kerajaan di NEOM.

Dokumen desain proyek yang dilihat Reuters menunjukkan bangunan mewah istana berarsitektur Maroko modern.

Desain islami dan ubin keramik berwarna-warni.

Kompleks istana akan mencakup helipad, marina dan lapangan golf.

Mohammed Bin Salman sebelumnya mengatakan kota ini akan menggunakan sumber energi terbarukan.

Basisnya tenaga surya dan layanan transportasi kota menggunakan kendaraan tanpa awak dan dioperasikan robot.

Bandar udaranya juga ultra modern berkemampuan besar sebagai penghubung antarnegara.

Namun megaproyek ambisius Saudi yang ingin jadi penentu di Timur Tengah ini dikritik rencana bisnis yang tidak realistis.

Saudi punya reputasi buruk di proyek-proyek mercusuarnya.

Mereka sudah punya program prestisius membangun King Abdullah Economic City, tapi hingga hari ini proyek tersebut tidak ada kemajuan.

 Klaus Kleinfeld, dalam forum investasi di Riyadh mendampingi Pangeran Mohammed bin Salman meyakinkan Saudi mampu merealisasikan gagasan besar ini.

“Saudi Arabia tak hanya diberkati minyak dan gas, tapi juga sinar matahari dan angin. Kami akan manfaatkan teknologi berbasis sinar matahari dan angin," kata Klaus.

NEOM adalah salah satu rencana strategis Pangeran Mohammed yang kini praktis de facto jadi pemimpin kerajaan.

Tokoh muda berpengaruh dan kuat itu ingin mengubah negaranya dari ketergantungan pada minyak dan gas bumi.

Saudi bergerak mengoptimalisasi diri pada sektor jasa dan teknologi masa depan.

Masayoshi Son, top eksekutif  Japan’s Softbank optimistis rencana Saudi ini bisa direalisasikan.

Marc Raibert, CEO Boston Dynamics, raksasa produk robot dan teknologi tinggi di AS menyatakan siap terlibat.

“Robot bisa bekerja multifungsi, menangani area luas meliputi keamanan, logistik, antaran rumah, dan tugas-tugas lain yang bisa dikreasi," kata Raibert.(Tribunjogja.com/ Reuters/alaraby.co.uk)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved