Penggowes Jersey Kulit asal Bantul Ini Mengkampanyekan Anti Narkoba

Ditambahkannya, bahwa aksinya akan tetap berlanjut hingga tubuhnya sudah tak kuat mengayuh sepeda lagi.

Penulis: rid | Editor: Ari Nugroho
IST
Bilal Madukoro (48), warga Wonocatur RT. 22 RW. 26, Banguntapan, Bantul yang kerap disapa penggowes berjersey kulit. Hal itu karena dalam aksi menyepedanya ia tak menggunakan kaus dan menuliskan kata-kata dengan spidol putih di punggungnya. Tulisan yang dituliskan dipunggungnya adalah pesan untuk menjauhi narkoba dan miras. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Pradito Rida Pertana

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Berbuat kebaikan sangat diwajibkan untuk dilakukan semua orang, terlebih perbuatan tersebut dilandasi rasa ikhlas dalam melakukannya.

Rasa ingin berbuat baik juga dilakukan dengan berbagai cara oleh setiap manusia, salah satunya dengan menebar pesan positif dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.

Kemarin Minggu, (21/1/2018) satu video beredar luas di media sosial yang mana dalam video tersebut nampak seorang pria melakukan gerakan seperti senam tanpa mengenakan penutup tubuh di bagian atasnya.

Sebuah tulisan dengan warna putih pun memnuhi punggung pria tersebut dengan kalimat seruan anti narkoba.

Tak hanya itu, satu sepeda juga nampak terparkir di tengah-tengah perempatan Jalan Mangkubumi saat itu.

Baca: Ribuan Peseda Meriahkan Gowes Pesona Nusantara Kemenpora

Usut punya usut, ternyata pria tersebut bernama Bilal Madukoro (48), warga Wonocatur RT 22 RW 26, Banguntapan, Bantul yang juga seorang pecinta olahraga sepeda.

Ditemui Tribun Jogja, alasan pria yang seorang pegawai di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Yogyakarta ini ternyata mencengangkan.

Pria yang kerap disapa Bilal ini menceritakan bahwa aksinya tersebut sudah dilakukannya lebih dari setahun yang lalu.

Diakuinya juga, bahwa saat itu ia hanya ingin menghangatkan dirinya karena ketika menunggu rombongan pesepeda dari kota lain.

Lanjut pria yang sudah bekerja di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Yogyakarta sejak tahun 1995 ini bahwa ia berhenti di perempatan tersebut karena memang sudah menjadi kebiasaannya untuk berhenti ketika lampu merah.

"Kemarin itu karena saya nunggu dari jam 6 sampai jam 10 pagi rombongan pesepeda dari luar Kota. Sampai tugu, saya berhenti karena ada lampu merah, itu sudah kebiasaan saya untuk berhenti. Pas berhenti itu kan kademen (kedinginan) jadi saya njoget itu untuk mengurangi rasa kedinginan saat berhenti," ujarnya, Selasa (23/1/2018).

Baca: Nama Jerseynya 10 Pesepakbola Ini Ternyata Nama Julukan, Cek Siapa Saja!

Kisah pun berlanjut, sembari menghisap rokoknya, Bilal mengungkapkan alasannya melakukan olahraga bersepeda tanpa mengenakan kaus.

Diakuinya, bahwa kegiatan bersepeda belum lama dilakukannya dan hal itu dilakukannya sebagai wujud pertobatan dirinya untuk menjadi lebih baik.

Pria berambut pendek ini mengungkapkan pula bahwa dirinya sudah menikah lebih dari satu kali dalam hidupnya.

Dan keinginannya untuk bersepeda berawal dari celetukan istrinya saat malam hari usai digelarnya acara pernikahan yang ketiga kalinya.

Dijelaskannya pula bahwa dirinya berumah tangga lebih dari satu kali bukan karena sebab.

Cerita pun berlanjut, Bilal ternyata seorang pecandu narkoba dan kerap minum-minuman keras, sehingga dalam membina rumah tangga dia kerap menuai kegagalan.

Hingga pada akhirnya saat menikah ke-3 kalinya itu Bilal mendapat pencerahan dari celetukan istrinya.

"Saya sudah nikah 3 kali, dan sebelum yang ketiga kali ini saya sering makai narkoba dan minum-minuman keras, tepatnya sebelum krisis tahun 1997. Karena itu saya sempat gagal berumah tangga. Yang ketiga ini, dulu suaminya kan juga pemakai narkoba dan pemabuk berat tapi akhirnya meninggal, saya pas pacaran juga masih sering mabuk dan akhirnya menikah," katanya.

Baca: Melawan Ketergantungannya pada Narkoba, Bintang Porno Ini Akhirnya Meninggal Dunia

Masih diingat dengan jelas, bahwa awal mula dirinya berhenti untuk mengkonsumsi barang berbahaya saat menggelar pesta syukuran pernikahannya.

Ditengah-tengah pesta tersebut istrinya berbicara bahwa ia tak ingin lagi kehilangan suaminya dengan cara yang sama.

"Habis nikah itu pesta, mabuk-mabukan di tengah-tengah acara istri saya bilang, 'Kok punya suami dua kali pemabuk, kalau suami saya mati lagi karena hal yang sama gimana? Denger kata-kata itu saya kaya kepanah mas, mak jleb gitu, dan besoknya langsung ingin berhenti mabuk dan meninggalkan barang berbahaya itu," katanya.

Bilal yang saat ini memasuki usia kepala empat ini mengaku sempat kesulitan saat berhenti untuk mengkonsumsi minuman keras.

Namun, semangat keluarganya membuatnya dapat mewujudkan keinginan sang istri.

Bak gayung bersambut, suatu hari dia didatangi teman SD-nya untuk mengajaknya bersepeda, tapi dia sempat tak tertarik dan mencemooh hal yang dilakukan temannya.

Seperti sebuah karma, dari ajakan bersepeda temannya itu Bilal menjadi kecanduan, bahkan dia mendapatkan suatu hal yang selama ini dibutuhkannya untuk merubah kehidupannya ke arah yang lebih baik.

Baca: Terlindas Truk Tangki, Perempuan Muda Pengendara Sepeda Motor Tewas

"Memang sulit pertamanya saat mau berhenti, tapi kemantapan, dan keinginan mempertahankan rumah tangga saya itu yang bikin semangat saya menggebu-nggebu untuk berubah," katanya.

"Awal nyepeda itu dari teman SD yang sudah 17 tahun tidak ketemu dan mampir ke rumah saya usai bersepeda. Saya ngomong ngawur saat itu, tapi dia bilang ayo coba dulu, setelah saya coba kok menyenangkan dan saya langsung ke Bali nyepeda itu," kenangnya.

Dikatakannya, bahwa dalam kegiatan bersepedanya ia jadikan bentum pertobatannya.

Bilal juga menyadari beberapa hal yang membuatnya semakin sadar saat bersepeda di tempat yang sunyi nan jauh.

"Saya ke Bali itu sebagai taubatan nasuha juga, selema perjalanan itu saya seperti flashback dan menemukan kejernihan dalam pikiran," ujarnya.

Mengenai alasannya berkampanye yang bermuatan anti narkoba dilakukannya juga bukan tanpa alasan, hal itu dimulainya saat mendapati belasan temannya meninggal karena meminum miras oplosan.

Hal itu lah yang membuatnya ingin menyuarakan bahaya minum miras dan memakai narkoba bagi kehidupan masyarakat.

Baca: Lima Orang di Kendal Tewas Setelah Tenggak Miras yang Dioplos dengan Obat Cacing

"Yang menginspirasi kampanye anti narkoba dengan bersepeda dan tidak kaosan itu karena ada kasus 23 orang meninggal karena miras saat itu. Nhah 17 orangnya teman saya, dari situ terbesit ide untuk mengampanyekan anti narkoba. Karena teman saya banyak yang mati dan ingin memperingatkan mereka sebelum diperingatkan yang gawe urip (menciptakan kita)," ulasnya.

Lanjutnya, dari hal itulah saat ini Bilal kerap menyepeda berkeliling DIY hingga sampai luar daerah untuk mengkampanyekan anti narkoba.

Adapun kampanye yang dilakukannya dengan menuliskan seruan anti narkoba pada punggungnya dengan menggunakan spidol warna putih.

Diakuinya bahwa tidak digunakannya kaus juga terinspirasi dari seorang yang sangat dihormati dan disayanginya.

Mengenai orang yang kerap menuliskan tema adalah istri ketiganya.

"Mulai kampanye dan nyepeda tanpa baju setahun setengah, pakai jersey kulit (nggak kaosan) karena terinspirasi alm bapak saya kalau ke sawah nggak pakai baju dan kemana-mana itu nyepeda. Dan karena ingin tampil beda juga," ujarnya disusul gelak tawa.

Baca: Warga Pantura Temukan Bendera Merah Putih Penuh Coretan Spidol

"Yang nulisi punggung tadinya istri ke-3 saya, terus sekarang yang nulisi orang-orang yang saya temui di jalan, kalau nggak ya minta tolong polisi atau tentara," ulasnya.

Dalam melakukan aksi kampanyenya tersebut tak jarang ia mendapat perlakuan negatif dari pengguna jalan raya.

Hal itu dialaminya saat gowes di Jawa Tengah dan di DIY, bahkan ia sempat terjatuh karena disenggol pengendara sepeda motor dan dicemooh pengendara yang melintas.

Menurutnya, peristiwa pertama berla gsung saat ia gowes ke Boyolali dan seketika ia dipepet beberapa pengendara sepeda motor yang memcemoohinya.

Dikatakannya pula bahwa dalam setiap gowesnya ia selalu sendiri dan menggunakan biayanya sendiri.

"Saya kalau nyepeda selalu sendiri, pas gowea di Boyolali saya dipepet orang pakai motor KLX dan disuarani 'duniane dewe-dewe, ngopo kw sok koyo ngono?' setelah itu pergi dia.

Mungkin karena punggung saya, saya tulisi 'gowes bikin sehat, miras bikin sekarat'," katanya.

Baca: Berlibur Bersama Suami, Tyas Mirasih Mohon Doa Agar Cepat Diberi Momongan

"Beberapa bulan setelah itu saya ke Semarang gowes dan disenggol motor pas diperempatan, saya jatuh pas itu dan yang nyenggol hanya ngelihatin. Ya resikonya gitu mas kalau berbuat baik kan ada saja halangannya," ujarnya.

Tak hanya itu, kejadian yang ketiga kali dialaminya saat gowes di Sleman, tepatnya daerah Krasak.

Masih kuat dalam benaknya bahwa saat itu sore hari dan beberapa anak SMA yang usai pulang sekolah memepet dirinya.

Sama seperti kejadian di Boyolali ia mendapatkan cemoohan juga.

"Yang ketiga di Sleman, tempatnya sebelum masuk Krasak itu saya dipepet motor vario sama beat, mereka bilang 'Wo asu i, pengen diamper po piye nek som ngono kuwi?' Karena takut diapa-apakan saya langsung masuk rumah warga saat itu," ujarnya lagi.

Aksi gowes tanpa bertelanjang dada untuk berkampanye anti narkoba juga mendapat perhatian dari Pihak BNNP DIY, bahkan Bilal ditantang oleh Kepala BNNP DIY saat itu yakni, Brigjen Pol Mardi Rukmianto yang menantangnya untuk gowes ke Jakarta tepat ketika 17 Agustus 2017 dengan membawa misi kampanye anti narkoba.

Baca: Tim Gabungan BNN dan BNNP Jateng Tangkap Kepala Rutan Purworejo

Bukannya menolak, Bilal langsung menyanggupinya dan berangkat ke Jakarta pada anggal 13 Agustus 2017 bersama tiga orang rekannya.

Sama seperti sebelumnya, Bilal berangkat tanpa mengenakan kaus dan punggungnya bertuliskan pesan anti narkoba.

"Karena saya sering ikut gowes sama BNNP, saya ditantang gowes ke Jakarta dengan target tanggal 17 Agustus sampai sana, akan dikasih referensi juga. Jadi saya mengajukan cuti dan berangkat saat itu sama 2 teman saya," katanya.

Ditambahkannya, bahwa aksinya akan tetap berlanjut hingga tubuhnya sudah tak kuat mengayuh sepeda lagi.

Menurutnya, ia melakukan hal tersebut semata-mata untuk menebar pesan kebaikan dan sama sekali bukan karena mencari popularitas atau dukungan pihak lain.

"Saya tetap mau gowes dan kampanye anti narkoba tanpa pakai kaus, ini akan saya lakukan selama diberi kekuatan dan ketahanan fisik. Karena niatnya gowes agar sehat dan menebar kebaiakan, kalau ada yang nggak suka ya risiko yang harus dilalui kan namanya hidup ada yang suka ada yang nggak mas tinggal gimana kita menjalaninya saja," ujarnya.

"Saya juga bukan karena ingin terkenal lakukan kampanye ini, banyak yang omong saya cari perhatian dan bantuan. Saya memang bukan orang berada tapi saya nggak pernah minta, mending memberi daripada minta," ulasnya.

Pada 15 Februari 2018, Bilal sudah memiliki agenda gowes ke Malang bersama temannya serta perangkat Desa Condongcatur, Sleman.

Hal itu terkait undangan kampanye anti narkoba dari BNNP DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved