Jurnalis Yogya Kritik Warganet melalui Film 'Sumbu Pendek'
Tanpa meminta konfirmasi kepada Jumali, sejumlah tetangga menyebarkan dugaan itu melalui sosial media WhatsApp kepada warga kampung lainnya.
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kreativitas ditunjukan para jurnalis Yogakarta.
Dengan alat seadanya, dan dana yang swadaya, mereka telah menelurkan karya film berjudul "Sumbu Pendek."
Film ini tercetus sebagai bahan kritik atas banyaknya reaksi warganet yang mudah bereaksi setelah mendapatkan informasi hoax.
Sumbu Pendek bercerita tentang seorang bernama Jumali yang menjadi korban berita hoax di kampungnya.
Jumali yang semula nganggur dan akhirnya menjadi guru les privat.
Kehidupannya yang mulai membaik dicurigai oleh para tetangganya.
Mereka menguntit Jumali dan menduga laki-laki itu berjualan barang haram.
Tanpa meminta konfirmasi kepada Jumali, sejumlah tetangga menyebarkan dugaan itu melalui sosial media WhatsApp kepada warga kampung lainnya.
Baca: Hati-hati! Jangan Asal Klik Hoax SMS Penipuan dari WhatsApp. Bisa Jadi Berisi Virus!
Film pendek yang melibatkan puluhan jurnalis Yogyakarta dari berbagai media massa cetak, online, dan televisi ini memakan waktu dua minggu untuk pengambilan gambar.
Di sela-sela kesibukan, para pemain menyempatkan diri untuk mengikuti pengambilan gambar yang jadwalnya tentatif.
Adapun ide cerita ini tercetus oleh obrolan empat orang jurnalis Jogja, yakni Bayu Sejati, Fauzan Hardono, Switzy Sabandar, dan Jumali sendiri yang menjadi tokoh utama.
"Di film Sumbu Pendek ini kami ingin menyampaikan pesan dan edukasi ke masyarakat, agar lebih hati-hati mencerna info yang beredar, karena belum tentu valid. Maka dari itu konfirmasi dan kroscek itu penting," ujar Jumali.
"Kenapa kita memilih tema ini karena profesi kita punya kewajiban untuk menyadarkan masyarakat, mengenai kebenaran, dan memberikan informasi yang akurat," tambahnya.
Baca: Penjual Buah Posting Berita Hoax Mengerikan, Ngakunya untuk Cari Like di Facebook
Jumali mengatakan, teman-teman memang sudah lama merencanakan ingin membuat karya film.
Tapi karena keterbatasan waktu mereka, proses pembuatan karya baru terlaksana akhir pertengahan tahun 2017 kemarin.
Bahkan alat-alat yang dipakai dalam pembuatan film ini adalah alat yang biasa mereka pakai liputan, di tambah properti milik pribadi.
Film berdurasi 9.35 menit ini akhirnya rampung dan menjuarai berbagai kompetisi film.
Seperti juara ketiga lomba videogram anti hoax oleh Polres Balikpapan, dan juara 1 dalam Anugerah Sastra dan Seni UGM 2017.

Bayu Sejati menambahkan, film ini muncul setelah para wartawan Yogya ingin merasakan sesuatu hal yang baru di luar kesibukannya.
Baca: Olivia Ditemukan Tewas, Bintang Film Panas Kelima yang Meninggal Dalam 3 Bulan Terakhir
Akhirnya berawal dari ngopi-ngopi di sebuah kafe tempat jujukan para wartawan berkumpul, tercetuslah film ini.
Dan Jumali sendiri yang didapuk memerankan toko utama.
Bayu mengatkan, peran Jumali dalam film ini adalah sosok yang unik.
Tokok yang memiliki karakter dan wajah yang unik dapat membuai penonton masuk ke dalam film itu.
"Kami tidak akan berhenti di sini, kalau ada kesempatan kami akan memproduksi film lagi, dan mengikutkan dalam kompetisi atau festival-festival film," tandasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)