Banjir dan Longsor DIY
Begini Kondisi Jembatan Gantung Eksotis di Bantul Pasca Banjir
Rusaknya jembatan gantung ini praktis membuat akses warga dari Sriharjo menuju Selopamioro atau sebaliknya menjadi terputus total.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa sejumlah wilayah di Bantul awal pekan lalu mengakibatkan cukup banyak kerugian materi.
Pemukiman warga banyak yang rusak tak terkecuali infrastruktur seperti jalan maupun jembatan.
Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul menjadi satu titik yang paling parah terkena dampak bencana.
Banyak rumah yang rusak karena luapan Kali Oya.
Beberapa ruas jalan sempat terputus.
Termasuk sebuah jembatan yang rusak parah.
Jembatan ini mungkin familiar bagi para wisatawan karena menjadi langganan untuk berswafoto.
Namanya Jembatan Gantung Selopamioro, yang rusak terkena bencana banjir.
Jembatan ini sudah tak bisa dilewati karena rusak diterjang luapan Kali Oya di bawahnya.
Jembatan ini berwarna kuning selebar satu meter lebih.
Ada dua besi penyangga besar di dua sisi lalu besi alas dan kayu ditopang dengan kabel-kabel besi berukuran besar.
Saking eksotisnya, tak sedikit yang melakukan sesi foto pre-wedding di jembatan.
Kini, hanya satu besi penyangga yang tersisa di lokasi.
Itupun, sudah ambruk dengan posisi menyamping dari bibir sungai.
Besi alas jembatan termasuk jaring kawat sudah lenyap hanyut ke sisi lebih bawah.
Beberapa masih terlihat tersangkut semak-semak.
Rusaknya jembatan gantung ini praktis membuat akses warga dari Sriharjo menuju Selopamioro atau sebaliknya menjadi terputus total.
Satu-satunya jalan yang bisa dilewati warga adalah melewati Siluk tapi harus memutar sampai belasan kilometer lewat jalan besar.
Yang tak kalah menyesakkan, warga sekitar tak lagi bisa mengais rezeki dari jembatan ini.
"Stop jualan dulu sementara, pasti sudah tidak ada pengunjung yang datang untuk berfoto seperti dulu waktu ada jembatan gantung," kata Slamet, Sabtu (2/12/2017).
Slamet, adalah seorang warga sekitar jembatan gantung yang membuka warung makanan dan minuman tepat di samping jembatan.
Warung ini menjadi sumber pemasukan utamanya bersama sang istri.
Jembatan rusak berarti menghambat pemasukan Slamet.
Ia beruntung, karena bahan makanan dan minuman yang ia jual sempat diselamatkan sebelum air sungai meluap.
Di lokasi Slamet berjualan ini, air sampai meluap sampai ketinggian hampir satu meter dan sempat mengganggu aktifitas warga.
Slamet masih menimang apa yang akan ia lakukan dalam waktu dekat.
Yang jelas ia ingin lebih dulu fokus mengembalikan kondisi pasca banjir.
Untuk warung akan segera ia buka meski pemasukkan mungkin akan sangat jauh menurun.
"Pengennya segera dibangun lagi, supaya saya bisa buka warung seperti biasanya," kata Slamet.
Di warungnya itu Slamet biasa berjualan mie rebus, mie goreng, nasi bubur dan aneka minuman misalnya teh panas, kopi dan minuman ringan botol lainnya.
Sokijan, Ketua RT 04, Dusun Wunut, Kedungmiri, Sriharjo mengatakan bahwa lokasi jembatan gantung sudah didatangani beberapa petugas berwenang termasuk Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO).
"Infonya mau dibangun 2018 nanti," katanya.
Sokijan mewakili warga sekitar berharap hal itu benar-benar terealisasi karena keberadaan jembatan vital bagi warganya.
Selain sebagai akses menuju Selopamioro, jembatan itu juga bisa jadi objek wisata yang mendatangkan rezeki untuk warga sekitar. (*)