Sempat Benci Sepakbola, Kini Mantan Punggawa Timnas Asal Bantul Ini Latih SSB yang Membesarkannya
Berat baginya untuk meninggalkan sepakbola, apalagi sepakbola jugalah yang menjadi sumber penghidupannya
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hanif Suryo
TRIBUNJOGJA.COM - Mantan pemain tim nasional Indonesia asal Bantul, Nopendi, mengaku keputusannya untuk pensiun dini 2015 silam dari sepakbola sempat membuat dirinya benci olahraga yang membesarkan namanya ini.
Cedera lutut yang ia derita, ternyata bukan alasan utamanya meninggalkan sepakbola.
Hal itu karena banyak pihak yang pada saat itu menawarkan bantuan kepadanya untuk menjalani pemulihan cedera.
Menurut pesepakbola bertinggi 175 cm ini, berat baginya untuk meninggalkan sepakbola, apalagi sepakbola jugalah yang menjadi sumber penghidupannya saat itu.
"Di luar cedera ada sesuatu kekecewaan, tapi tak bisa saya ungkapkan," ujar Nopendi kepada tribunjogja.com, Selasa (7/11/2017).
Bahkan setelah memutuskan tidak melanjutkan karir di dunia sepakbola, Nopendi sempat merasa benci dan tak ingin lagi kembali ke lapangan hijau.
"Dulu hampir tiap hari saya cuma tiduran sambil nonton TV, duduk di teras, lalu kembali masuk ke dalam rumah," ujar Nopendi menceritakan kondisinya seusai tak lagi bermain bola.
Nopendi mengungkapkan, sekadar untuk berlatih di lapangan bola saja ia tak pernah saat itu. Padahal jarak rumah ke tempat ia biasa berlatih sewaktu SSB dulu tak terlalu jauh.
Wing back kanan yang membawa Persiba Bantul juara Divisi Utama 2011 ini akhirnya menyadari, dulu berasal dari SSB Guntur, dan ia besar juga karena di gembleng di SSB ini sebelum akhirnya memperkuat Laskar Sultan Agung.
"Saya pernah besar disana, saya punya ilmu, kenapa tidak saya bagikan untuk anak-anak di desa saya?," ujar pemain kelahiran 15 November 1986 ini.
Disela pekerjaannya di Balai P3SDM Provinsi DIY, Nopendi sehabis pulang bekerja menyempatkan datang ke Lapangan Kasihan untuk melatih anak-anak di SSB Guntur, Tamantirto, Kasihan.
"Semua bermula di sini (SSB Guntur-red), kembali memulai dari tempat ini," ujar Nopendi.
Nopendi berharap, ada bakat pesepakbola yang nantinya bisa memperkuat tim di Bantul atau bahkan hingga timnas seperti dirinya.
Hingga kini pun Nopendi yang merupakan putra asli Bantul masih tak menyangka karirnya disepakbola dapat membawa Persiba Bantul juara hingga dirinya masuk timnas.
Menurutnya, sewaktu ia masih bermain untuk tim Porda dan Pra PON DIY ia hanya bisa melihat saja pemain senior seperti Seto, Indriyanto Nugroho, Kahudi Wahyu, dan Khoirul Anam saja.
"Waktu masih magang, berlatih bersama pemain senior rasanya sudah sangat bangga," ujar Nopendi.
Bahkan tiap kali melewati mes Persiba, Nopendi hanya bisa berkata dalam hati, 'Suatu saat, entah kapan saya bisa disana (Persiba-red)'.
Meski tak lagi berkarir sebagai pesepakbola profesional, Nopendi mengaku bersyukur dengan apapun yang ia jalani saat ini. Tak ada alasan untuk berkeluh kesah dan menyalahkan keadaan.
"Saya menikamati, cari kerja susah, dapatnya disitu ya disyukuri," kata Nopendi.
Nopendi bersyukur penghasilannya sewaktu menjadi pesepakbola dapat ia rasakan hingga saat ini.
"Urip iku mung sawang sinawang, yang ada saat ini disyukuri, sewaktu berlebih ya disyukuri, sewaktu rezeki berkurang ya kebutuhan menyesuaikan. Keringat dari sepakbola Alhamdulillah ada yang nyantol," ungkap Nopendi. (*)