Inspiratif! Dukung Gerakan Membaca, Tukang Becak Ini Sulap Becaknya Jadi Perpustakaan Berjalan

Sehari-harinya, pria berusia 70 tahun ini adalah seorang tukang becak yang biasa mangkal di sepanjang Jalan Bumijo

Penulis: sis | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Hening Wasisto
Sutopo bersama becak perpustakaannya saat ditemui Tribun Jogja pada Senin (10/7/2017). Sutopo menyulap becaknya menjadi perpustakaan demi mendukung gerakan Indonesia Membaca. 

Adapun buku-buku yang dia baca kala itu adalah buku-buku bela diri dan buku komik. "Ada nilai kepahlawanan dari buku tersebut, bahwa orang benar akan selalu mengalahkan orang jahat," terang pensiunan petugas sipil Kodim ini.

Bagi Sutopo membaca adalah sebuah kebutuhan. Lewat membaca pula manusia bisa berkembang mengikuti kemajuan jaman. Buku-buku yang dia bawa adalah beberapa koleksi pribadi, selain itu ada beberapa buku yang sengaja dia beli dengan uang pensiunnya.

"Ini buku terbaru saya, ada buku tentang Bung Karno, English Vocabulary, serta buku tentang kesehatan," katanya seraya memamerkan ketiga buku barunya.

Buku Bung Karno ini, kata dia, adalah buku yang banyak mengulas tentang kehidupan Bung Karno, dari lahir hingga dia meninggal.

"Buku ini sangat cocok buat mereka yang ingin mencari kebenaran kematian Soekarno," ulasnya.

Selain mengulas buku Soekarno, Sutopo juga menjelaskan tentang isi Alkitab yang sengaja ia bawa sebagai pedoman hidupnya.

"Kalau Alkitab ini saya bawa terus, saya baca setiap hari agar saya tidak menyimpang dari ajaran yang diajarkan agama saya," tambahnya.

Buku-buku yang dia bawa hampir semua dia kuasai cerita di dalamnya. Tak heran bila Sutopo bisa menerangkan jauh tentang isi masing-masing buku.

Tidak 'Ngoyo'

Sutopo mengaku sudah menarik becak sejak tahun 2004. Setelah pensiun dari dinasnya sebagai petugas sipil Kodim, pria tiga putra ini memilih melanjutkan hidup dengan mengayuh becak.

Meskipun dana pensiun tetap mengalir, namun dari penuturannya, selain mencari rejeki, lewat becak pula bisa berolahraga.

"Kalau cuma duduk-duduk di rumah, yang ada malah sakit-sakitan karena tubuh nggak pernah digerakkan. Becak ini saya beli seharga Rp 650 ribu," tambahnya.

Meskipun sempat ditentang oleh keluarganya, namun Sutopo kukuh untuk tetap mengayuh becak guna mengisi masa-masa tuanya. Namun, dalam sehari dia tidak terlalu ngoyo mengayuh becaknya.

"Kalau cuma sini sampai jalan AM Sangaji saja saya masih kuat bolak-balik tiga kali bawa penumpang. Lagi pula saya sudah punya langganan, jadi nggak usah terlalu dipaksakan," pungkasnya. (*/tribun jogja/hening wasisto)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved