Ramadan 1438 H
Seperti Inilah Suasana Ramadan di Afghanistan
Di negara dengan populasi 32 juta orang ini, beberapa hari sebelum ramadan tiba, warga biasanya mengisi hari-harinya dengan berbelanja berbagai macam
TRIBUNJOGJA.com - Umat muslim di seluruh dunia secara bersama-sama telah memulai ibadah puasa di bulan ramadan. Di tanah air sendiri, bulan ramadan disambut suka cita. Diisi dengan berbagai kegiatan positif keagamaan bahkan disambut pula oleh begitu banyak pedagang musiman yang menjajakan aneka menu berbuka puasa.
Pendek kata, mau berbuka dengan apapun, bisa dengan mudah diperoleh. Atau mau 'ngabuburit' kemanapun, bisa ditempuh dengan aman.
Baca: Unik, Masjid Al Ikhlas Patukan di Gamping Sleman Ini Disetting Layaknya Sebuah Stasiun Kereta
Jika itu di Indonesia, maka lain halnya dengan yang terjadi di Afghanistan. Setiap wilayah memang memiliki kebiasaannya masing-masing dalam menyambut bulan suci ini.

Di negara dengan populasi 32 juta orang ini, beberapa hari sebelum ramadan tiba, warga biasanya mengisi hari-harinya dengan berbelanja berbagai macam kebutuhan rumah tangga selama bulan puasa. Ketika masuk bulan ramadan, seperti halnya negara mayoritas muslim lainnya, di Afghanistan hari pertama puasa juga dimasukan ke dalam hari libur nasional.
Baca: BERITA FOTO : Persiapan Ribuan Porsi Menu Buka Puasa di Masjid Jogokaryan

Sebagian besar cafe maupun restoran akan berhenti berjualan pada hari pertama puasa tersebut. Tak hanya itu, stasiun-stasiun televisi juga mulai menayangkan program - program yang sesuai dengan suasana ramadan. Semisal berhenti menayangkan program-program musik. Lantaran di negara ini warga biasanya menghindari menikmati musik secara terang-terangan.

Yang lebih ketat, tidak seorang pun yang diperbolehkan minum atau makan di muka umum selama bulan ramadan, meskipun ia tidak menjalankan ibadah puasa.
Baca: Begini Kemeriahan Buka Puasa Bersama Menu Gulai Kambing di Masjid Gedhe Kauman
Sementara itu, jika di Indonesia ramadan identik dengan kolak, maka di Afghanistan ada satu makanan yang menjadi ciri khasnya. Yakni, Chatni atau chutney, dates dan jelabi. Sajian ini dipastikan selalu ada di meja makan ketika berbuka maupun sahur.

Tak hanya itu, salah satu kebiasaan yang tak pernah ditinggalkan warga yakni menyediakan menu berbuka puasa untuk orang miskin.
Mereka akan memasak bersama-sama lalu menghidangkannya di masjid-masjid untuk dibagikan kepada warga.
Kebiasaan ini sebenarnya banyak ditemukan pula di tanah air. Semisal salah satunya di Yogyakarta, ada dua Masjid besar yang kerap kali menarik perhatian lantaran mereka menyajikan menu berbuka puasa dengan jumlah yang sangat banyak. Yakni di Masjid Gedhe Kauman dan Masjid Jogokaryan.
Kedua masjid ini bisanya menyajika hidangan berbuka hingga berjumlah ribuan porsi. (*/al-arabiya)