Ramadan 1438 H

Unik, Masjid Al Ikhlas Patukan di Gamping Sleman Ini Disetting Layaknya Sebuah Stasiun Kereta

Memeriahkan Ramadan 1438 H tahun ini, masjid ini khusus dihias layaknya sebuah stasiun.

Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jgja/ Rento Ari Nugroho
Takmir Masjid Al-Ikhlas Patukan, Riza Purnawan menunjukkan tiruan lokomotif uap yang dibuat bersama-sama untuk menguatkan konsep stasiun di Masjid, Kamis (1/6/2017). Menyambut Ramadan, Masjid Al-Ikhlas menghias masjid bak stasiun. 

TRIBUNJOGJA.COM - Stasiun memiliki masjid atau musala itu biasa, namun apa jadinya bila ada masjid yang bagaikan stasiun?

Itulah yang ditampilkan oleh Masjid Al-Ikhlas Patukan di Patukan, Gamping, Sleman.

Memeriahkan Ramadan 1438 H tahun ini, masjid ini khusus dihias layaknya sebuah stasiun.

Ketika jam menunjukkan pukul 16.00, menara masjid mengumandangkan sesuatu yang berbeda.

Nada melodi seperti yang diperdengarkan di stasiun kereta api lantang keluar dari pengeraa suara masjid. Tidak lama kemudian terdengar pengumuman.

"Mohon perhatian, sesaat lagi pasar peron masjid Al Ikhlas Patukan segera dimulai. Bagi para penumpang yang sudah memiliki tiket diharapkan segera berkumpul," demikian pengumuman tersebut berbunyi.

Anak-anak dari sekeliling masjid pun tidak lama kemudian berdatangan. Sebelum kegiatan TPA, mereka menyempatkan diri bermain-main di lokomotif uap yang terbuat dari kayu yang ada di halaman masjid.

Takmir masjid Al-Ikhlas, Riza Purnawan mengatakan, masjid Al-Ikhlas memang memiliki cara unik untuk memeriahkan Ramadan. Hal ini sudah berlangsung selama 7 tahun.

"Namun baru dua tahun belakangan ini benar-benar fokus dihias seperti stasiun. Selain nada untuk memanggil jemaah, ada pula model lokomotif uap di halaman masjid. Rencananya loko itu akan dipakai untuk takbir nantinya," kata Riza kepada awak media, Kamis (1/6/2017).

Riza mengungkapkan, ada proses panjang sebelum akhirnya masjid Al-Ikhlas menerapkan konsep stasiun ini. Sebelumnya, takmir masjid sempat berkunjung ke Masjid Jogokaryan yang terkenal dengan Kampung Ramadannya.

"Dicari juga konsep yang sesuai di sini agar ada nuansa yang unik yang membuat orang tertarik dan bersemangat. Kemudian terpikir kalau dekat sini ada Stasiun Patukan. Akhirnya dicoba menerapkan konsep ini," katanya.

Sebelum menerapkan konsep ini, lanjut Riza, pihaknya berkonsultasi dengan PT KAI dalam hal ini petugas stasiun. Hal ini dilakukan agar konsep yang diusung bisa bermanfaat untuk kedua belah pihak. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved