Indonesian Visual Art Archive Berkunjung ke Tribun Jogja

Perwakilan Indonesian Visual Art Archive (IVAA) melakukan kunjungan ke kantor redaksi harian Tribun Jogja

Tribun Jogja/Pradito Rida Pertana
Perwakilan Indonesian Visual Art Archive (IVAA) melakukan kunjungan ke Harian Tribun Jogja, Jalan Jenderal Sudirman no 52, Yogyakarta, Selasa (9/5/2017). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perwakilan Indonesian Visual Art Archive (IVAA) melakukan kunjungan ke kantor redaksi harian Tribun Jogja, Jalan Jenderal Sudirman no 52, Yogyakarta, Selasa (9/5/2017).

Rombongan yang dipimpin Lisistrata Lusandiana Direktur Proyek Festival Arsip 2017 disambut langsung oleh Editor Tribun Jogja, Hendy Kurniawan.

IVAA yang berdiri sejak 1995 merupakan lembaga yang bekerja di bidang dokumentasi, penelitian, dan kepustakaan seni rupa Indonesia ini akan mengelar festival arsip bertajuk Kuasa Ingatan (Fest!Sip IVAA) pada 18 September hingga 1 Oktober mendatang.

Lisistrata menjelaskan berbagai rangkaian program telah dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan publik dan mengoptimalkan manfaat serta nilai edukatif dari festival kali ini.

Mulai dari pameran arsip dan karya berbasis arsip, Seminar Internasional, serta Pameran Komunitas dan serangkaian program publik akan lengkap tersaji.

"Untuk pamerannya tanggal 18 September sampai 1 Oktober akan berlangsung di PKKH UGM. Lokasi lain juga akan ada di Sanata Dharma karena kami ingin bermitra sebanyak mungkin terutama untuk pemikiran. Banyak komunitas pengarsipan yang kami munculkan karena kita akan merayakan kehidupan kearsipan," ujarnya.

Lanjut Lisistrata, IVAA telah menyimpan arsip dokumen sejarah seni rupa sejak zaman Raden Saleh, sekitar tahun 1830an.

Arsip tersebut berbentuk fisik, audio visual dan dokumen dalam bentuk surat-surat.

Sehingga, festival kali ini sangat relevan agar menghilangkan stigma tentang aesip yang kerap dianggap kering, dingin, sunyi, dan berdebu.

Sementara itu, Hendy Kurniawan menyambut baik festival yang digelar IVAA.

Menurutnya konteks pengarsipan seni rupa jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan konteks sastra. Hal ini karena jumlah pelaku pengarsipan seni rupa jauh lebih sedikit. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved