Keelegan Balutan Kebaya Hari Agung
Tak jarang pula, permainan brokat tampak pada sisi tangan sehingga mencuri perhatian siapa pun orang yang melihatnya.
Penulis: Gaya Lufityanti | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kebaya seolah tak bisa dilepaskan dari budaya berpakaian wanita Jawa. Karenanya, kebaya identik dengan sosok wanita anggun, elegan dan feminim.
Tampilan itu pula yang coba dihadirkan perancang lokal Hari Agung dalam setiap rancangan busananya.
Perancang yang sudah lima tahun menciptakan kebaya modern ini kerap memainkan ragam warna serta cutting yang menyelipkan kejutan bagi pemakainya.
"Ciri khas desain saya itu simpel, saya tidak bisa menggunakan lebih dari tiga warna dan lebih condong menggunakan warna-warna tanah semisal warna merah hati, hijau daun, cokelat, tembaga, emas muda hingga pink dusty," ujarnya.
Permainan brokat dan payet seakan menjadi sebuah kesatuan dalam outfit kebaya. Dalam menentukan warna brokat dan payet ini, Hari kerap memilih warna senada atau sesuai dengan warna turunannya agar tampilan tidak terlihat ramai.
Pemilihan payet pun tidak asal-asalan, ia banyak menggunakan Payet Jepang yang memiliki kilau lebih glamor.
"Klien berhak mendapatkan produk yang sesuai dengan uang yang telah dikeluarkan," katanya.
Uniknya, Hari tak jarang membuat busana show dengan warna yang mengikuti mood-nya. Jika suasana hati sedang sedih, maka ia akan banyak menggunakan warna biru tua atau hitam seperti dalam koleksi 'Black Swan'.
Lain halnya jika mood-nya senang, ia akan memakai warna pink dusty dengan detil yang lebih ceria.
"Dalam setiap fashion show, aku selalu terkonsep dan ingin membuat penonton penasaran. Semisal dalam 'Black Swan', model akan memperagakan koleksiku dengan cara dramatis. Atau penggunaan aksesoris sayap kupu-kupu untuk mencuri perhatian penonton show," lanjutnya.
Meskipun terlihat simpel, namun Hari kerap membubuhi elemen kejutan pada sudut-sudut busananya. Desainer yang menempuh pendidikan Vokasi Busana ini sering memainkan payet maupun brokat untuk mempertontonkan bahu pemakainya sehingga terlihat feminim dan elegan.
Tak jarang pula, permainan brokat tampak pada sisi tangan sehingga mencuri perhatian siapa pun orang yang melihatnya.
Ia pun merasa bangga dapat menyandingkan kebayanya dengan kain batik karya almarhum Iwan Tirta dalam fashion show peringatan Hari Kartini yang lalu.
Seperti diketahui, karya Iwan Tirta yang sangat eksklusif tersebut bisa dibanderol hingga puluhan juta rupiah.
"Batik milik Iwan Tirta itu cenderung klasik mahal, sementara kebayaku simpel, feminim tapi masih elegan, sehingga rancangan kami masih satu garis," lanjutnya. (*)