Japrak, Si Empu Biola dari Lereng Menoreh
Biola yang diproduksi Japrak, semuanya dikerjakan menggunakan tangan (handmade). Proses pembuatan biola ini dimulai dari pemilihan kayu
Penulis: Hamim Thohari | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Berada di wilayah pedesaan kawasan perbukitan Menoreh, siapa sangka terdapat seorang pengrajin biola dengan kualitas standar internasional.
Adalah Joko Kuncoro atau yang akrab disapa Japrak, warga Padukuhan Jetis, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo yang sejak tahun 2002 yang lalu mulai memproduksi beragam alat musik termasuk biola.
Usaha memproduksi biola ini dimulai Japrak hanya bermodalkan nekat.
"Saya tidak pernah belajar membuat biola. Tetapi sebelumnya saya menggeluti usaha di bidang handycarft di Jepara, karena bom Bali 2002 usaha saya habis," ujar Japrak.
Selepas usahanya bangkrut, Japrak tinggal di Samigaluh yang merupakan daerah dimana istrinya berasal.
Di daerah inilah Japrak memulai usaha dengan kamampuannya di bidang perkayuan.
"Awalnya saya membuat gitar, tetapi karena tantangannya kurang saya mencoba membuat biola," cerita Japrak.
Biola yang diproduksi Japrak, semuanya dikerjakan menggunakan tangan (handmade).
Proses pembuatan biola ini dimulai dari pemilihan kayu yang kemudian digambar pola biola yang diinginkan.
Setelah digambar, body biola dipahat (ditatah) dengan bentuk dan ketebalan yang diingingkan.
Meski dibuat dengan tangan, tetapi untuk kualitas biola buatan Japrak ini tidak kalah dengan buatan pabrik.
Hal ini terbukti dari konsumen yang banyak datang dari kawasan Timur Tengah, Rusia, hingga Hawai.

“Karena handmade, dikerjakan satu tangan, jadi punya ruh. Beda kalau yang dikerjakan pabrik atau produk masal, dikerjakan banyak tangan jadi tidak punya ruh,” tambahnya.
Awal mulanya biola dari Samigaluh ini suaranya jauh dari sempurna.
Mendapat masukan dari pelangganya, semakin hari kualitas suaranya semakin membaik hingga saat ini menembus pasar internasional.
Diceritakan Japrak, dimasa masa awal pembuatan biola kesulitan yang dihadapinya dalam membuat biola adalah menemukan kayu yang menghasilkan suara yang pas.
Setelah mencoba beberapa jenis kayu, akhirnya kayu sungkai, walangan, dan mangga, yang dianggap paling pas.
Kayunya pun tidak tidak dipilih sembarangan untuk mendapatkan kayu yang memiliki tekstur tiga dimensi.
Untuk harga, biola buatan Japrak ini di bandrol dari harga Rp500 ribu hingga yang paling mahal mencapai Rp15 juta.
Saat ini Japrak juga menerima pemesanan gitar serta berbagai alat musik gesek lainnya seperti kontra dan cello.
Bahkan bisa juga membuat alat musik gesek tradisional dari berbagai daerah nusantara maupun dari luar negeri seperti rebab Jawa, rebab Cina, rebab Jepang, dan rebab Vietnam. (tribunjogja.com)