Menengok Penataan Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Code
Sudut-sudut yang dahulu kumuh disulap menjadi area bermain dan kegiatan warga yang lebih mengasyikkan.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wajah sejumlah kawasan yang berada di bantaran sungai Kota Yogyakarta, perlahan-lahan berubah.
Saat ini, sudut-sudut yang dahulu kumuh disulap menjadi area bermain dan kegiatan warga yang lebih mengasyikkan.
Namun, tantangan yang harus dihadapi adalah menjaga tata wajah ini agar tak lagi kumuh.
Yanto, nampak semangat mengecat pagar bangunan yang nantinya akan difungsikan sebagai bagian dari bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Gemblakan Bawah, RW 09, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Rabu (7/12/2016).
Bangunan tersebut nampak mempercantik bantaran sungai yang dulunya kumuh. Apalagi, ditambah dengan kursi santai dan area bermain anak.
“Dulunya sebelum adanya bangunan tampak kumuh. Tetapi, sekarang sudah menjadi nampak asri dan indah dengan adanya bangunan ini,” jelasnya kepada Tribun Jogja.
Bangunan bercat kuning itu nantinya akan difungsikan sebagai PAUD untuk warga RT 25, 26, 27. Di dalamnya terdapat almari, rak buku, dan sebuah kursi santai lengkap dengan peneduhnya.
Sementara, di bawah bangunan PAUD itu terdapat pos pantau banjir sungai Code yang terdiri dari dua lantai.
Beberapa anak kecil, maupun bapak-bapak terlihat menikmati suasana sembari duduk di bangunan baru itu. Bangunan tersebut adalah ruang terbuka publik yang dibangun dengan dana Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLBK) program kota tanpa kumuh (KOTAKU).
Tenaga Ahli Sosialisasi Oversight Service Provider (OSP) 5 DIY KOTAKU, Handayani Candraningsih menjelaskan, pembangunan ruang terbuka publik di wilayah Gemblakan Bawah ini lantaran minimnya ruang publik di kawasan tersebut. Sementara, pembangunan PLBK ini dilaksanakan pada tahun 2015 dan 2016.
“Nama dari proyek KOTAKU ini adalah Pedestrian Code Gemblakan. Tidak hanya dari program KOTAKU, namun beberapa kursi ada yang swadaya warga. Jadi pembangunannya adalah shelter dan ruang terbuka publik,” katanya.
Anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan fisik di tahun 2014 menelan Rp 850 juta dan Rp 150 juta untuk perencanaan dan pemasaran. Sementara tahun 2015 menelan anggaran Rp 980 juta, Rp 10 juta untuk DED dan Rp 10 juta untuk tenaga ahli DED.
Pihaknya sejauh ini konsen mendampingi beberapa wilayah seperti di Ngampilan, Karangwaru, Keparakan, dan Gowongan. Nantinya, seluruh bangunan akan menjadi lebih ditata dan tidak terlihat kumuh seperti sebelum-sebelumnya. (*)