Situs Warung Boto yang Lama Terbengkalai, Perlahan Kini Mulai Kembali Terawat
Dulunya pesanggarahan ini merupakan sebuah pemandian, karena di tempat tersebut di masa lalu adalah sumber mata air.
Penulis: abm | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Septiandri Mandariana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Situs Warungboto, merupakan sebuab petilasan yang mulai dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono I, dan pembangunannya diteruskan pada masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono II.
Pengageng Keraton Yogyakarta KRT Jatiningrat sempat menuturkan kepada Tribun Jogja, bahwa situs tersebut memiliki nama asli Pesanggrahan Rejawinangun. Dulunya pesanggarahan ini merupakan sebuah pemandian, karena di tempat tersebut di masa lalu adalah sumber mata air.
Menurut data dari Balai Peletarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pesanggrahan yang dibangun oleh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat itu memiliki fungsi sebagai tempat peristirahan keluarga kerajaan.
Karena fungsinya berkaitan dengan kenyamanan dan ketenangan, pada umumnya pesanggrahan dilengkapi dengan taman, segaran, kolam dan kebun.
Salah satu peninggalan sejarah inipun menjadi salah satu destinasi wisata yang perlu dikunjungi oleh para pelancong, maupun masyarakat Yogyakarta sendiri. Situs inipun berada di Jalan Veteran, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Namun sebelum menjadi destinasi wisata baru di Yogyakarta, situs ini sempat diacuhkan begitu saja. Ferian Fembriansyah, salah satu pemuda setempat mengatakan, sebelum seperti sekarang, Situs Warungboto penuh sampah dan tidak terawat.
"Ya dulu warga mikirnya itu punya pemerintah, ya sudah jadi dibiarkan saja. Namun waktu itu kami pemuda di sana berpikir jika menunggu pemerintah dan tidak ada kesadaran dari kami sebagai masyarakat, Situs Warungboto akan terus seperti itu," ujar Ferian, Selasa (4/10/2016) kemarin.
Maka dari itu, ia bersama teman-teman pemuda di sekitaran situs membentuk sebuah perkumpulan bernama Komunitas Tumbu Warto. Komunitas Tumbu Warto sendiri merupakan sebuah perkumpulan pemuda di sekitar Situs Warung Boto yang peduli akan situs tersebut yang sempat terbengkalai bertahun-tahun.
"Setelah kami melakukan berbagai upaya sejak tahum 2015 lalu, Alhamdulillah selain menjadi bersih, di sana pun kerap digunakan sebagai tempat untuk berkegiatan. Seperti berlatih kegiatan seni untuk anak-anak sekitar, dan juga mulai banyak berdatangan masyarakat Jogja sendiri maupun wisatawan," kata pemuda yang juga menjabat sebagai Koordinator Divisi Pengembangan Komunitas Tumbu Warto.
Selain itu, karena mulai banyaknya wisatawan dan masyarakat Yogyakarta yang datang, juga membantu perekonomian warga di sana. "Dulu malah bisa terhitung, setahun paling cuma dua atau tiga orang yang datang. Sekarang setiap hari pasti ada yang datang ke situs ini," paparnya.
Untuk lebih memperkenalkan nilai-nilai sejarah dari situs tersebut kepada masyarakat luas, pihaknya bersama Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY menggelar Festival Jogja Gumergah, yang hanya berlangsung pada Selasa (4/10/2016), di seputaran Situs Warungboto.
Tidak hanya memperkenalka salah satu tempat bersejarah itu saja, dalam festival itupun ditampilkan berbagai sajian kesenian dari para warga sekitar situs. Kepala Seksi Sejarah Disbud DIY, Bambang Marsamtoro menuturkan, dari kegiatan ini diharapkan oleh pihaknya bisa lebih memperkenalkan kembali salah satu bukti sejarah di DIY.
"Selain itu, nantinya kami berharap semoga masyarakat pun lebih tergugah untuk sama-sama memelihara dan melestarikan situs ini," pungkasnya. (*)