Sastra
PUISI : Wanita Bergaun Aksara
Sepenggal suara nadiku lirih menggoda air mata dengan selendang nestapa
Salahkah?
Jika aku,
Wanita bertidung kadang kala
Munafikkah?
Jika tawaku menenggelamkan patahan tulang belulang
Hingga menjadi obat biusku sendiri
Dimana aku, itu tempatku
Dimana aku, itu napas dan hentiku
Sepenggal suara nadiku lirih menggoda air mata dengan selendang nestapa
Mata masih saja mengeja kisah hidup
Dan musim sepertinya belum usai mengumpulkan serpihan rindu yang tercecer
Tak jua hendak berpihak
Rasaku hanya menjadi segumpal duri dalam darahku sendiri
Asa meratap hingga dipusaran dada
Melekat erat dirusuk waktu
Di bibir telaga menanti sekeping senja membiaskan potret waktu lalu
Biarlah dunia akan menari seperti apa
Tak akan ada tangis menghujani tanah tak bersalah
Bolehkah aku?
Menyaksikan alur yang tak terukur
Dengan merdu nyanyian napas suciku dalam ruang jeda. (Surini)